(Cerpen) Peri Penjaga alam
Pagi
hari yang sangat cerah di Greenville, Didi dan Kelly sedang berpetualang di
sebuah hutan yang sangat rindang. Pohonya beragam, tumbuh subur dan berbatang
besar. Hampir tiap hari penduduk Greenville pasti jalan-jalan di hutan
Rainforest tersebut sekadar bersantai atau menikmati pemandangan alam. Di
belakang hutan itu, menjulang sebuah bukit yang tak kalah indah. Dengan wajah
ria, Kelly dan Didi menikmati tiap perjalanannya yang berbaur bersama harmoni
alam.
"Sejuknya...Hutan
ini telah memberikan yang terbaik untuk kita, jadi kita harus menjaganya."
seru Kelly bersemangat.
"Iya
Kel, kamu benar! Semoga saja generasi Greenville selanjutnya masih bisa
menikmati alam ini." ujar Didi.
Petualangan mereka sangatlah seru, tapi karena
lelah berjalan mereka memutuskam rehat di bawah rindangnya pohon. Mereka duduk
dan bersandar di pohon itu. Tak lupa mereka mengeluarkan bekal mereka
masing-masing yang kemudian dimakan untuk sekadar mengisi perut dan
menghilangkan dahaga. Di dekat pohon besar tersebut terdapat lubang cahaya yang
cukup besar yang berada di sebuah batu besar. Sebenarnya Didi dan Kelly tak
mengetahui adanya lubang cahaya itu. Tapi, tiba-tiba Kelly menoleh ke belakang
dan melihat lubang tersebut dengan raut muka kaget. Karena terlalu kaget,
makanannya jatuh ke tanah.
"Lubang
apa itu?" Tanya Kelly penasaran sambil memegang erat botol air minumnya.
Didi
ikut menoleh, ternyata dia pun kaget pula. Didi menerangkan dia tak pernah
melihat lubang cahaya tersebut. Mereka berdua mendekat ke lubang tersebut
dengan berjalan perlahan dan rasa takut. Saat di dekat lubang tersebut, seorang
monster jelek bermata merah keluar dari lubang itu. Hal itu membuat Didi dan
Kelly terpental cukup jauh di tanah. Monster itu tak peduli kepada mereka
berdua, monster itu hanya melompat-melompatmeninggalkan mereka berdua. Monster
itu hampir mirip kelinci, telinganya lebar, begitu pun giginya. Monster itu
melompat-lompat sambil berteriak, "Aku benci pohon!". Kata-kata itu
terus bergema hingga volumenya mengecil karena monster itu telah menjauh.
Didi
dan Kelly berusaha bangkit dari tanah, meraka usap dan rapikan bajunya yang
sedikit kotor. Tapi, tak lama kemudian keluar pula seorang peri canti bercahaya
yang menyilaukan mata.
"Apakah kalian melihat monster jelek yang
keluar dari lubang ini?" tanya peri "Iya, kami tadi lihat. Dia
melompat-lompat mengarah ke arah barat." jelas Didi sambil menunjuk arah.
"Aduh...Pasti
dia akan berulah. Kalian tau tidak, pohon di negeri Rainbow semua ditebang olehnya?"
Cakap Peri khawatir. "Oh, mungkin itulah mengapa ia berteriak membenci
pohon" ujar Kelly sambil membunyikan jarinya.
"Kalau begitu naik permadani milikku ini,
kita cari dia! ajak Peri.
Mereka
bertiga pun mencari monster jahat itu, mereka pergi dengan menaiki permadani
terbang milik peri cantik. Di langit, mereka terus-terusan menoleh ke bawah
berharap bisa cepat menemukan monster tersebut. Tiba-tiba Didi berteriak
memecah keseriusan dalam mencari monster tersebut. Dia berteriak karena melihat
banyak pohon yang tumbang. Akhirnya Peri melihat monster jahat itu, mereka pun
mendarat menghampiri monster tersebut.
"Monster
Jahat! Sudah, jangan tebang pohon lagi! Pohon sangat berguna bagi seluruh
makhluk. Tanpa pohon, manusia dan hewan tak bisa bernafas dan makan. Tanpa
pohon, akan terjadi banjir dan tanah longsor." terang peri dengan serius.
“Ahh!
Aku tak peduli!" bentak monster.
"Kau
benar-benar keras kepala, jadilah engkau pohon yang besar!" sulap peri.
Seketika
tubuh monster berubah, rambutnya menjadi daun. Badannya berubah menjadi batang
serta kakinya menjadi akar yang kian menerobos tanah. Lama-kelamaam wujudnya
menjadi pohon yang sangat besar, dan menjadi pohon yang terbesar di negeri
Greenville
tersebut. Seluruh penduduk menyaksikan kejadian itu. Didi dan Kelly sedari tadi
tercengang-cengang serasa tak percaya. Semua orang berkumpul di sekitar pohon
itu, sementara Peri, Didi dan Kelly terbang menggunakan permadani mengarah ke
arah bukit. Di bukit mereka bertiga menyaksikan betapa indahnya Greenville.
Peri cantik pun berjanji setia menjaga alam demi generasi Greenville selanjut.
Didi dan Kelly hanya mengangguk setuju.
Cerpennya bagus!! ditunggu karya selanjutnya
ReplyDeleteKembangkan kan menulisnyya.. siapa ngerti jadi penulis besar.. heheh
ReplyDelete