Opini Tentang Peningkatan Maritim Indonesia



Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang menyimpan sejuta kekayaan yang terus digalih demi kesejahteraan rakyat. Salah satu kekayaan tersebut adalah dengan adanya anugrah berupa kekayaan laut yang luar biasa melimpah.
Laut merupakan hal yang sudah menjadi incaran semua orang sejak zaman dulu. Terbukti, pada masa pra-aksara, nenek moyang dulu lebih tertarik ke daerah yang memiliki laut yang sangat luas seperti Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya ditemukan fosil manusia purba di berbagai wilayah di Indonesia, contohnya situs manusia purba Sangiran.

Dari hal tersebut, dapat dipastikan bahwa sudah sejak dulu Indonesia menjadi buah mata dari seluruh manusia di muka bumi dalam hal laut. Laut Indonesia yang terkenal luas dan ditaburi ribuan pulau yang melingkarinya menjadi magnet tersendiri dan daya tarik untuk ke Indonesia atau minimal mengenal Indonesia. Dapat diketahui bahwa nenek moyang Indonesia dulu termasuk bangsa nomaden, artinya selalu berpindah tempat untuk mencari tempat baru yang memungkinkan adanya sumber makanan dan penghidupan yang layak untuk ditempati. Maka mereka memilih tanah nusantara.
Semua itu bukan tanpa bukti, pertama penemuan situs bersejarah di berbagai pulau di Indonesia seperti di Seram dan pulau Muna. Situs sejarah tersebut menggambarkan berbagai puluhan gambar yang digambar manusia pada saat itu dengan wujud perahu. Dapat disimpulkan bahwa manusia pada saat itu sudah tertarik dengan laut karena sudah mulai mengekspresikan jiwa mereka atau apa yang mereka lihat dengan media gambar yang tentunya bisa tersampaikan kepada generasi berikutnya.

Kedua, sebenarnya hal ini sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari atau dilihat di berbagai media elektronik atau cetak bahwa mata pencaharian terbesar di Indonesia salah satunya adalah nelayan. Jika kita berspekulasi dan menarik kesimpulan bahwa sebelum nelayan tersebut, pasti ada nelayan sebelumnya yang juga menjadi seorang nelayan. Untuk itu, nelayan merupakan profesi yang turun temurun dijalankan oleh rakyat Indonesia dengan berdasar kepada nenek moyang mereka.
Dari alasan tersebut, tidak bisa dipungkiri kalau sudah sejak lama bangsa Indonesia mengenal laut. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah acuan dalam kehidupan berbangsan sekarang ini untuk bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas manajemen kelautan demi terwujud Negara maritim Indonesia.

Pelaut Indonesia terkenal sebagai pelaut ulung yang pantang menyerah dalam berlayar mengarungi lautan yang sangat luas. Contohnya saja Pelaut Bugis-Makassar dan pelaut Buton. Dua suku terbesar yang ada di tanah Sulawesi tersebut menjadi saksi sejarah bagaimana pelaut Indonesia dapat mengarungi samudra hingga ke Benua Hitam.
Semua itu bukan tanpa sebab, karena mereka dilahirkan sudah sangat dekat dengan laut, oleh karena itu di tiap generasi mereka selalu diajarkan untuk bagaimana mengolah laut, dan memanfaatkannya dengan sangat baik.

Sejarah juga telah mencatat bagaimana kejayaan kerajaan Sriwijaya yang dikenal hingga ke negeri Ming karena keganasan maritimnya, hingga dijuluki sebagai Kerajaan Maritim Nusantara.  Pada abad 9, di nahkodai oleh Balaputradewa, Sriwijaya mengalami masa kejayaannya. Memiliki wilayah yang sangat luas dan ditambah dengan armada laut yang sangat luas dan berpengaruh yang digunakan sebagai jalur perdagangan. Dari hal tersebut, Sriwijaya mampu menjadi pengendali perairan yang ada di Nusantara. Karena pengaruhnya yang sangat kuat, untuk itu Sriwijaya dijuluki sebagai Kerajaan Nasional Pertama di Indonesia.

Saat agama Islam, Hindu dan Buddha masuk pun, para penyebarnya menggunakan perahu dan mengarungi laut untuk bisa masuk ke Indonesia. Indonesia yang dikenal sebagai negara yang sangat strategis di Indonesia karena diapit oleh dua benua, yakni Asia dan Australia. Serta dikelilingi dua samudra terluas di dunia, yakni Pasifik dan Hindia. Tak heran, jika penyebar agama masuk ke Indonesia melalui laut. Bahkan perdagangan di Indonesia pada saat itu masih menggunakan laut sebagai jalurnya. Itulah yang dikenal sebagai jalur sutra.

Berbicara mengenai laut memang tiada habisnya. Namun, maritim di Indonesia tak selamanya berjalan dengan baik. Sejarah dan waktu terus bergulir menjadi satu gulungan baru yang siap dijalani. Kondisi Indonesia pada saat masa Sriwijaya ataupun kerajaan lainnya sangat berbeda dengan kondisi Indonesia pada saat ini. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, baik kondisi alam Indonesia itu sendiri, ataupun manajemen kemaritiman yang buruk.

Indonesia sudah dikonsepsikan sebagai Negara maritime sejak tahun 1996 pada saat Konvensi Nasional Indonesia. Artinya, jika dihitung sampai sekarang, Indonesia sudah dikenal dunia sebagai Negara maritim selama 21 tahun. Itu adalah waktu yang cukup singkat padahal saat penjajah dari barat masuk ke Indonesia, mereka sudah menganggap Indonesia adalah emas dari timur dengan hasil laut dan maritim yang sangat kuat. Namun, pengakuan negara maritim baru digaungkan 21 tahun yang lalu, dan sekarang baru gencar untuk dikiatkan.

Ini tentunya menjadi sebuah ironi, di maana negara lain yang miskin akan laut berharap mempunyai wilayah seperti Indonesia. Namun, di sisi lain Indonesia mengabaikan fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di Dunia setelah Kanada. Coba perhatikan negara Laos, di mana harus menjadi negara yang terkurung dengan negara lain. Sementara Indonesia dengan lautnya yang sangat luas, malah tidak mengembangkannya. 

Pertama, manajemen hasil laut. Dengan laut yang begitu luas, maka pasti akan mengandung jutaan ton hasil laut yang bisa digunakan sebagai pendongkrak perekonomian rakyat. Hasil laut yang begitu banyak tersebut menjadi salah satu bukti nyata bahwa Indonesia memang pas diberikan julukan sebagai negara kaya akan hasil sumber daya Alam, namun pengembangan sumber daya manusia yang masih minim menjadi pemicuh dari ketidakberesan manajemen sumber daya laut.

Rakyat yang seharusnya dapat diuntungkan dengan hasil alam yang begitu melimpah tersebut malah sengsara. Bahkan masyarakat pesisir termasuk zona dengan masyarakatnya yang tergolong ke dalam rakyat miskin. Ini tentunya membuat heran, di mana peran pemerintah selama ini sebagai pengatur kehidupan berbangsa.
Pemerintah merupakan subjek utama yang memiliki rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap pengelolahan hasil laut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia. Namun, nyatanya yang kita lihat sekarang malah manajemennya semakin memburuk. Berbagai program yang mereka istilahkan unggulan malah hilang maknanya. Pola penyebaran nelayan yang tidak merata menjadi pemicu utama dari ketidakberhasilan berbagai program pemerintah.

Misalnya, di nelayan satu daerah dengan daerah lain pasti memiliki perbedaan yang signifikan. Selama ini, pemerintah terkadang mengabaikan fakta tersebut. Bila negara hanya menyurpei satu wilayah dan tidak emmerhatikan wilayah yang lain maka dapat dipastikan suatu program tidak dapat berjalan optimal. Jika ada satu wilayah yang dekat dengan laut dan diberikan program pemerintah untuk pengoptimalan nilai guna laut. Ternyata program tersebut berhasil karena memang masyarakat di sana terbuka dan sangat memerlukan bantuan pemerintah. Tapi, bagaimana dengan masyarakat nelayan yang bertipe tertutup dari pranala luar dan terkesan cepat puas terhadap hasil laut yang didapatkan. Hal ini, tentu harus dikaji lebih dalam lagi.

Mengenai hasil laut, bisa dikatakan Indonesia adalah surga hasil laut. Tiada terkira berapa jumlah dari hasil laut Indonesia yang didapatkan dan dikelola masyarakat Indonesia di suatu tempat, dan tidak bisa pula terkira berapa ton hasil laut Indonesia yang sudah dicuri oleh nelayan asing. Memang, karena negara yang luas dan banyak celah antar pulau manjadi sebuah peluang besar bagi negara lain untuk mencuri ikan di Indonesia. Data menyebutkan bahwa Indonesia rugi 2260 triliun rupiah karena penangkapan ikan oleh kapal asing.

Dengan nilai yang begitu besar tersebut, tak heran jika masyarakat pesisir menjadi masyarakat zona kemiskinan yang tinggi. Dibandingkan teknologi asing, nelayan kita masih menggunakan cara tradisional dan dengan kapal yang sangat tradisional dan jauh dari kata canggih. Untuk itulah, masyarakat Indonesia sangat sudah mulai susah mencari tangkapan ikan dan hasil laut lainnya dengan teknologi yang sangat minim. Bisa diperhatikan nelayan asing yang seenaknya berlayar di laut Indonesia memiliki kapan yang sangat besar dan tidak terpengaruh dengan ombak yang cukup tinggi.

Faktor cuaca menjadi salah satu faktor yang sangat merugikan bagi nelayan, apalagi kalau musim penghujan telah tiba maka nelayan enggan untuk melaut. Hal tersebut terjadi karena mereka takut akan kecelakaan di laut,apalagi jika badai laut tiba. Ini tentunya menjadi catatan tersendiiri bagi pemerintah untuk bagaimana agar emmperdayakan masyarakat nelayan agar bisa tetap mendapat lembar rupiah walaupun di saat cuaca yang kurang bersahabat.

Kembali kepada masalah penangkapan ikan oleh kapal asing. Pada pemerintahan sekarang, Indonesia memiliki kebijakan untuk mengurangi tingkat pencurian ikan dengan cara menenggelamkan kapal asing yang menangkap ikan di Indonesia. Ini tentunya menjadi ancaman tersendiri bagi kapal asing yang ingin menangkap ikan di Indonesia untuk bisa berhenti menangkap ikan di Indonesia, karena kalau maka ancamannya benar-benar serius. Terbukti, sudah ada 236 kapal yang sudah ditenggelamkan mulai dari kebijakan ini dimunculkan.

Namun, penenggelaman kapal ini hanya menjadi sorotan sesaat semata. Toh masih banyak masyarakat nelayan kita yang masih miskin, bahkan tinggal di perkampungan kumuh di pinggir pantai. Dalam sehari, pasti ada banyak sekali nelayan ilegal yang masuk ke Indonesia tanpa pengawasan yang sangat ketat oleh polisi laut. Hal tersebut terjadi karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang membuat tiap pulau yang ada memiliki sekat yang bisa dimasuki oleh nelayan asiing.

Akibatnya, nelayan kita mengalami kerugian yang sangat drastis. Apalagi jika teknologi mereka lebih mutakhir daripada nelayan Indonesia. Untuk itu, penenggelaman kapal merupakan kebijakan yang cukup baik, namun diperlukan juga suatu kebijakan yang mengatur nelayan agar mendapatkan hasil tangkapan yang besar dengan teknologi yang lebih baik. Karena Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan hasil laut, sangat terlalu jika rakyat pesisir menjadi miskin di tengah negari yang dikelilingi hasil laut yang melimpah. Untuk itu, di sinilah peran serta pemerintah sebagai pengatur rakyat. Rakyat tentunya tak mau hanya disuguhi oleh program yang efektivitasnya hanya sesaat.
Program tersebut seperti pemberian alat tangkap ikan yang canggih dari pemerintah. Namun, di sini pemerintah hanya memberikan, namun tidak memberdayakan. Bisa saja penggunaan alat tersebut terkikis karena ketidaktahuan nelayan dalam penggunaannya agar lebih efektif. Jika nelayan putus asa untuk menggunakannya, maka siap-siap alat tersebut akan dijual oleh nelayan sebagai imbas dari ketidaktahuan nelayan dalam penggunaaan alat-alat nelayan yang mutakhir.

Untuk itu, ada uangkapan negative mengenai nelayan yang mengadakan orang yang bodoh jadi saja seorang nelayan. Ini tentunya sangat menggugah hati kita bersama. Padahal jika ditinjau para sarjana ilmu kelautan tersebar di seluruh Indonesia. Namun, keaktifan mereka untuk turun langsung ke masyarakat sangatlah kurang. Hanya beberapa dari mereka yang mau mengabdi demi kebaikan nelayan.

Faktor generasi muda juga menjadi faktor utama dalam pengembangan potensi profesi nelayan. Banyak di antara mereka menganggap remeh profesi nelayan hingga tak mau menjadi seorang nelayan. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Tidak menentunya cuaca laut dan rendahnya pendapan nelayan menjadi faktor beringas generasi muda enggan menjadi seorang melayan.

Jurusan Ilmu kelautan dan sejenisnya hanya menjadi kajian tanpa praktek di perguruan tinggi. Banyak sarjana dari jurusan tersebut, namun kondisi nelayan kita tetap begitu saja tanpa ada perubahan sedikit pun. Pemerintah juga seakan tak mau ambil pusing dalam permasalahan yang sudah dihadapi nelayan tersebut. pemerintah hanya menerbitkan kebijakan atau aturan dan sejenisnya yang tidak tepat sasaran dan terkesan asal jadi.

Nelayan sudah melakukan berbagai hal dalam peningkatan kualitas hidup mereka. Termasuk berupaya untuk mengekspor hasil laut ke berbagai negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Australia. Namun, anehnya harga jual bisa tergolong rendah daripada hasil laut tersebut sudah diolah di negara tersebut dan diekspor ke Indonesia dengan nilai jual yang sangat tinggi.

Tentunya, harusnya ada pemberdayaan nelayan di sini. Dari kasus ini, harusnya nelayan bisa belajar bagaimana mengubah suatu yang kecil menjadi sesuatu yang besar dan bernilai tinggi. Pemerintah kian gencar melaksanakan pemberdayaan, sosialisasi dan sejenisnya dalam hal pengelolahan hasil laut menjad bahan siap konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi. namun, sekali lagi pengaruh sentralisasi masih terasa di zaman otonomi daerah ini. 

Realisasi kebijakan pemerintah biasanya hanya berpusat pada suatu titik. Contohnya saja, pengolahan hasil laut seperti ikan tuna menjadi abon bisanya diberdayakan hanya di pulau Jawa. Mungkin ada di luar pulau Jawa, namun tidak sebanyak yang di pulau Jawa. Itu pun nilau jual dan minat beli masyarakat sangat rendah. Di sini nelayan kian merana. Untuk itu, di sepanjang masyarakat pesisir, kemiskinan kian menjadi momok.
Di zaman modernisasi ini, pemerintah kian menggila dengan mereklamasi beberapa pantai di Indonesia. Sebut saja Tanjung Banoa di Bali, dan yang sekarang sedang heboh adalah reklamasi Teluk Jakarta. Pemerintah kurang memperhatikan langkah yang mereka tempuh dengan mengizinkan pengembang reklamasi untuk menimbung pantai yang sangat luas di Teluk Jakarta.

Akibatnya adalah Jakarta akan diprediksi banjir terus, karena muara sungai di pantai utara tertahan dengan adanya reklamasi tersebut. Selain itu, nelayan tidak bisa melaut lagi karena beberapa areal laut sudah tertimbun tanah. Ekosistem terumbung karang kian rusak dengan tingkah congkak para orang-orang beringas. Salah satu solusi yang tepat adalah mereview kembali izin pengembang untuk mereklamasi teluk Jakarta. Proyek seperti ini rawan akan korupsi. Solusi lainnya jika laut sudah tertimbun, maka lebih baik menjadikannya sebagai kampung nelayan.

Menjadi sebuah negara maritim tak hanya manajemen sumber daya laut yang maksimal, namun harus pula memrevitalisasi sistem kepariwisataan di Indonesia. Indonesia sekali lagi merupakan negara kepulauan. Jadi, jangan heran bila dari Sabang sampai Marauke memiliki banyak sekali sumber pariwisata yang mumpuni. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai Kuta yang terletak di Pulau Bali. Jika orang luar negeri ditanya mengenai Indonesia, maka mereka akan langsung terbesit di pikiran mereka adalah Bali dan Pantai Kuta. Bagi sebgaian orang tentunya ini membanggakan, namun di sisi lain ini tak biasa.
Apakah di antara 17.508 pulau di Indonesia hanya Pantai Kuta yang dikenal di dunia. Lalu, pariwisata yang lain dikemanakan? Sekali lagi, ini membuat kita miris. Dibandingkan negara lain, mungkin orang luar negeri terutama bangsa barat akan menyebut banyak sekali tujuan wisata. Lalu, apa yang salah dengan negera kita? Mengapa hanya beberapa yang dikenal dunia.

Sebenarnya, jawabannya simpel. Jika kita bertanya kepada orang Indonesia mengenai satu pariwisata yang jauh dari daerah mereka dan masih daerah Indonesia, rata-rata mereka tidak mengetahuinya. Jadi, dapat diasumsikan bahwa promosi pariwisata kita yang kurang. Laut yang tentunya bukan hanya sebgaai sumber mata pencaharian nelayan, juga menjadi tempat wisata yang harusnya dikunjungi oleh turis dari berbagai negara. 
Nayatanya tidak, kepariwisataan Indonesia hanya nerpusat pada satu titik, untuk itu promosinya hanya itu-itu saja.

Indonesia direncanakan akan mendatangkan jutaan wisatawan dari luar negeri, namun itu hanya wacana biasa yang terlontar dari mulut-mulut pemerintah. Padahal, jika pariwisata di Indonesia bagus, maka akan berdmapak pula dengan perekonomian negara dan masyarakat setempat.

Indonesia kian berbenah menjadikan Indonesia dapat dikunjungi oleh negara lain. Untuk itu, berbagai pariwisata baru mulai tercium ke negara lain. Seperti Raja Ampat. Tempat wisata yang satu ini memang baru dikenal publik. Keindahan alamnya, keindahan terumbu karang dan kelengkapan spesies ikannya menjadikan objek pariwisata ini kian menarik dan ingin dikunjungi oleh negara lain.

Kita ketahui bersama, bahwa Papua merupakan provinsi atau pulau paling timur dari Indonesia. Untuk itu, harga barang di sana sangatlah mahal. Itulah yang menjadi keluhan para turis dengan mahalnya biaya pesawat dan akomodasi saat berlibur ke Papua. Semua itu kembali lagi ke Pemerintah.

Papua merupakan pulau yang kurang tersentuh pembangunan. Bahkan mereka mengancam untuk meisahkan diri dari Indonesia karena mereka berpendapat mereka kurang diperhatikan di negaranya sendiri. Saat ada sesuatu yang unik dari pulau mereka, baru pemerintah mulai memanfaatkan mereka. Bahkan, tambang emas terbesar di dunia masih belum dirasakan oleh bangsa Papua.

Pariwisata sangatlah penting bagi suatu negara. Karena pentingnya itulah, Indonesia memiliki menteri Pariwisata sendiri yang tujuannya agar manajemen kepariwisataan Indonesia bisa lebih baik dari negara lain. Nyatanya tidak, wajah Indonesia di mata dunia masih itu-itu saja dan tidak ada perubahan.

Misi poros maritim hanya angan belaka. Hal yang begitu mudah seperti pariwisata sangat sulit dikembangkan. Padahal Tuhan telah menitipkan ribuan kepingan surga yang menepi di tanah Nusantara. Sektor pariwisata juga bisa menjadi cadangan bagi nelayan jika enggan untuk melaut. Namun, seklai lagi pemberdayaan masyarakat nelayan masih sangat kurang. Nelayan masih perlu belajar, apalagi untuk bisa berkomunikasi dengan negara lain.

Lewat pemerintahan Joko Widodo ini, diharapkan Indonesia menjadi negara poros maritim yang diakui dunia seperti pengakuan akan Indonesia sebagai negara maritim. Untuk itu, sebagai negara maritim, juga maritim juga harus menjadi negara poros maritim. Ini adalah misi yang snagat sulit, terlebih lagi banyak sekali tantangan yang dihadapi Indonesia sekarang.

Sumber daya Alam Indonesia sudah sangat melimpah, apalgi sumber daya alam di laut. Namun, yang kurang adalah seumber daya manusia yang masih sangat minim. Indonesia masuk sebagai negara dengan pengembangan manusianya yang kurang. Untuk itu, kemiskinan di mana-mana dan sulit untuk diberantas.
Untuk itu, sinergis bersama diperlukan demi terwujudnya misi tersebut. Bukan hanya pemerintah, namun seluruh rakyat Indonesia harus ikut serta dalam peningkatan kemaritiman di Indonesia dengan berbagai cara.

Pertama perintah, pemerintah sebagai pengayom masyarakat seharusnya mampu lebih bijak dalam menerbitkan berbagai aturan yang nantinya bisa dirasakan dengan jelas manfaatnya bagi masyarakat. Indonesia seeharusnya lebih berkaca pada masa kejayaan Sriwijaya yang menjadi kerajaan maritim terkuat di Nusantara. Indonesia bisa mengembalikan kejayaan tersebut dengan cara memiliki pemimpin yang memang mengerti rakyat dan mengerti persoalan rakyat. Hanya dengan cara tersebut, masyarakat bisa seakan dekat dengan pemimpin mereka. Karena kedekatan tersebut, kebijakan bisa satu arah dengan cita-cita rakyat dan cita-cita bangsa.
Dengan potensi maritim yang begitu melimpah, sudah sepantasnya Indonesia memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. Banyak sekali negara yang iri dengan Indonesia karena bentu negaranya sebagai negara kepulauan, oleh karena itu memiliki laut yang luas dua per tiga dari jumlah luas negara Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan, untuk itu ada sisi negatif dan sisi positif dari posisi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sisi positifnya seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah laut yang banyak dan potensi kelautan yang begitu banyak. Namun, Indonesia juga tentunya bisa berkaca akan keadaan tersebut di mana dengan posisi tersebut Indonesia mudah dimasuki negara lain yang ingin mencuri hasil laut di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena Indonesia sejak dulu menjadi jalur negara pelayaran yang perdagangan.
Untuk, itu program penenggelaman kapal asing memang sudah snagat bagus, namun juga diperlukan penjagaan lebih ketat lagi karena jangan sampai Indonesia mengalami kerugian triliunan rupiah per tahunnya. Sayang, jika uang sebanyak itu terkuras yang seharusnya bisa dimanfaatkan demi kesejahteraan rakyat.

Mengenai pariwisata, Indonesia terus berbenah. Untuk itu, bukan hanya pemerintah yang harus menjadi subjek utama dalam pembangunan pariwisata di Indonesia. Namun, masyarakat sekitar pantai atau laut juga harus aktif berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Semua itu bukan tanpa alasan. Pemerintah adalah satuan dengan jumlah yang terbatas, sementara jika masyarakat sekitar ingin untung atau ambil bagian dalam pariwisata, maka mereka juga harus siap dalam segala hal. Termasuk menjaga laut atau pantai agar tetap terjaga dan bisa dikenal dunia. Masyarakat sekitar juga seharusnya tidak menggunakan bahan berbahaya dalam menangkap ikan, karena hal tersebut tentunya dapat merusak terumbu karang yang merupakan tempat bermukim bagi biota laut.

Semua komponen dalam bangsa ini penting, bukan hanya presiden dan jajarannya. Tapi semua harus aktif. Cita-cita negara maritim bukan hanya slogan saja. Namun suatu kebanggan bisa terlahir di bumi Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam. Untuk menjaga kebanggaan itu, maka hadirkan Indonesia dalam diri kita dan bertekat wujudkan negara maritim Indonesia yang bermartabat dan dikenal di belahan dunia manapun.

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Jawaban OSk Kebumian 2016

Soal Sejarah Tentang Peradaban India bagian 1

Seven Days Queen, Drama yang Penuh Air Mata