Bulan yang Bersanding dengan Lampu Bercahaya merah di puncak Pemancar



















 

Selamat pagi sahabatku dimana pun kalian berada. Semoga senantiasa dalam Lindungan Allah SWT. Kali ini mau menceritakan sedikit pengalamanku. Barangkali bisa menjadi inspirasi untuk kita semua. Mengapa saya mengambil judul Bulan yang Bersanding dengan Lampu Bercahaya merah di puncak Pemancar? Semua itu berawal dari imajinasi dan langsunh di eksekusi melalui tulisan di blog ini. Semoga saja, postingan kali ini banyak yang membacanya seperti postingan sebelumnya yang walapun membahas Mati lampu dan Semut Tetangga tetapi banyak yang membacanya dan meninggalkan komentar mengenai tulisanku.

Siapa sih yang tidak menyukai bulan. Bulan adalah benda langit yang memiliki pesonanya tersendiri, apalagi ditambah iringan bintang kerlap-kerlip yang menambah pesona langit malam. Saya adalah pria yang sangat tergila-gila dengan benda langit. Seakan-akan ingin mengenal mereka semua. Buktinya, mengukur sendiri derajat Bintang Utara (Polaris) dengan busur seharga Rp.2000. Sebenarnya awal dari ketertarikanku dengan benda langit adalah saat tergabung dengan Tim Olimpiade Sains Kabupaten SMA Negeri 1 Bajeng, tapi sekarang sekolah sudah berubah nama menjadi SMA Negeri 2 Gowa. Wahh... seperti sekolah di Makassar. Oke, walaupun kebumian tapi ada materi yang membahas sekitar 10% astronomi. Misalnya membahas Jarak bumi ke matahari yang memakai hitungan yang cukup rumit. Tapi ini lucu yah, aku sudah dua kali masuk OSK tapi tidak pernah lolos ke tingkat OSP. Malahan dua tahun selalu di peringkat 9 :D Tapi hal itu bukanlah kegagalan yang besar. Karena kegagalan yang besar adalah tidak bangkit dari Kegagalan. Di dalam buku Dahsyatnya Energi kegagalan karya Hanu Lingga dijelaskan pada halaman 72 bahwa "Hambatan atau kegagalan sebenarnya jalan menuju ke arah kesuksesan. 

Namun, seringkali kita berpikir empirik, yaitu melihat suatu kegagalan sama dengab kehancuran sehingga tidak mau bangkit lagi. Kalau kita mau belajar, banyak pembelajaran yang sangat berguna di balik suatu kegagalan. Dari kegagalan itulah kita akan berkembang, bahkan sukses. Tetap semangat.". Belajar dari pengalaman membuat kita terlatih dan terbiasa. Untuk itulah aku ingin masuk jurusan Geofisika di Universitas Hasanuddin. Mohon do'anya teman, semoga bisa lolos di jurusan tersebut. Aamiin.

Setuju tidak bila aku mengatakan bahwa hari libur adalah hari yang membosankan. Itulah yang kualami hari ini. Padahal hari rabu, seandainya hari ini sekolah maka hari ini akan belajar Fisika, Kimia, Bahasa Inggris dan Matematika. Rabu adalah hari favoritku. Karena selama ini, kalau hari rabu selaluada pelajaran yang menarik seperti Matematika. Kalian mau tahu sejarah bagaimana aku menyukai Matematika. Dulu waktu SD, aku adalah siswa yang bisa dibilang lamban dalam segala hal. Sudah kelas dua belum bisa membaca, berhitung pun masih bingung. Tapi, naik di kelas tigas SD aku berubah total, bisa dikatakan revolusi. Di kelas tersebut, aku mulai mempelajari semuanya dari awal. Akhirnya dapat peringkat kelas, yakni peringkat empat dan dua. Setelah itu, aku hanya berorientasi pada pelajaran IPS. IPS adalah pelajaran yang sangat aku suku, tapi itu dulu. Apalagi kalau bahas mengenai geografis dunia. Nah, sampai di kelas 8 selalu aku suku IPS sampai-sampai ikut OSK tingkat SMP bidang IPS  tapi tidak lolos ke babak selanjutnya. Naik di kelas 9, baru menyadari kalau matematika aku rendah. Kebetulan kelasku adalah IX A artinya banyak orang cerdas di dalamnya. Aku manfaatkan saja untuk belajar matematika. Dari sinilah awal aku menyukai pelajaran Matematika.

Sekarang mau bahas cuaca dulu. Akhir-akhir ini terjadi hujan yang disertai badai di kampungku. Akibatnya banyak pohon yang tumbang. Sebagian besar terjadi saat waktu subuh hampir berdekatan dengan saat azan subuh. Jadi, kalau hujan kemungkinan jama'ah akan berkurang. Aku bukannya takabbur, tapi setiap shalat subuh aku upayakan shalat di masjid. Shalat subuh berjama'ah itu seakan-akan memberikanku energi yang cukup postif untuk menjalani hari. Tubuhku seakan bersemangat untuk beraktivitas. Tahu tidak? Saat subuh, kalian bisa melihat bintang bertebarang di langit. Apalagi kalau tidak mendung dan bulan sedang purnama. Pasti kalian aku berkecak kagum melihatnya. 

Comments

  1. hmmm sering banget lihat bulan dan bintang, tp saat di kota semua hanya angan

    ReplyDelete
  2. saya suka dengan bulan. bahkan saya lahir pas bulan purnama makanya nama saya purnama.

    ReplyDelete
  3. Memang benar . Waktu subuh sungguh membuat kagum tiada henti melihat hamparan bintang. Hehe

    ReplyDelete
  4. waktu subuh saya masih molor jadi ga bisa liat, hmmm....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kunci Jawaban OSk Kebumian 2016

Soal Sejarah Tentang Peradaban India bagian 1

Seven Days Queen, Drama yang Penuh Air Mata