Surat Terbuka Untuk Bupati Gowa, Adnan Purichita Ichsan Yasin Limpo
Surat
terbuka ini didapatkan melalui kiriman seorang pengguna Facebook bernama “Amri
Sang Ekspedisi” di sebuah grup Laporan Warga Makassar yang
dipublikasikan pada tanggal 2 Juli 2017. Sang penulis surat ini mengungkapkan
keluhannya mengenai jalan yang berada di desa Pabbentengan, kecamatan Bajeng
yang tak kunjung di perbaiki. Akibatnya, jalan kian berlubang dan juga berdebu
karena dilewati truk pengangkut pasir dan tanah.
Dari
suratnya, dia mengungkapkan bahwa ada 2 dusun di desa Pabbentengan yang menjadi
lokasi penambangan pasir dan tanah. Dengan adanya pengerukan pasir dan tanah di
kedua dusun tersebut, menurutnya dapat mengganggu bahkan merusak Sumber Daya
Alam yang ada, karena sekarang penambangan tersebut bagai lautan luas. Berikut
ini surat terbuka yang dia tulis untuk Bupati Gowa:
Revisi Surat Kami..
Surat Terbuka Untuk Bapak Bupati
Gowa..
Yth.
Bapak Bupati Gowa
Adnan Purichita Ichsan Yasin Limpo
Mohon maaf dengan terbitnya surat
terbuka ini kepada bapak bupati gowa, karena keresahan kami sebagai warga
negara yg berdomisili di Kab. GOWA.
Mungkin tidak etislah dengan melalu
sosial media menyampaikan Aspirasi kami sebagai warga negara. Mungkin bapak
bupati yang kami hormati sangat tahu keadaan dan kondisi Kab. Gowa saat ini,
khususnya yang ada di Kec. Bajeng Desa Pabbentengang.
Tak perlu kami menjelaskan secara
detail keadaan dan kondisi Desa Pabbentengang saat ini, tak perlu kami
menjelaskan baik secara sosial dan politik di Desa Pabbentengang saat ini,
mungkin bapak bupati gowa sudah tau keadaan desa pabbentengang.
Namun yang menjadi keresahan saat
ini adalah infrastruktur kami di desa pabbentengang begitu tidak tertata dan
sudah rusak parah. Implikasi dari kerusakan infrastruktur di desa pabbentengang
akibat mobil truck lalu lalang yang mengambil tambang (tanah dan pasir),2 dusun
yg menjadi jarahan para pengusaha yaitu Dusun Paukiri sekitar 2-3 titik
penambang dan berdomisili di dusun tersebut daa sugitanga II sekitar 1 titik yg
mengeruk sumber daya alam kami,dan hampir menjadi lautan luas. Parahnya lagi
pengusaha tambang yg tinggal di dusun sugitanga II itu senditi yang menjarah
kekayaan alam kami di desa pabbentengang. Entah mereka memiliki izin tambang
Golongan C itu ilegal atau legal, yang penting kami merasa terganggu dengan
kebereadaan mobil truck yang lalu lalang. Debu bertebaran hampir di setiap
sudut rumah, debu juga akan membuat masyarakat terkena penyakit, karena puluhan
mobil truck yang menghancurkan infrastruktur kami. Akibatnya aktivitas dan
infrastruktur di desa pabbentengang sudah tidak sangat kondusif untuk di lalui.
Bapak Bupati yang terhormat,perlu
bapak ketahui, di kala kami masih menginjak masa kanak-kanak, kami sangat
menyatu dengan alam di desa pabbentengang,banyak kedamaian yang kami dapatkan
tanpa ada polusi, tanpa ada para penambang. Kicauan burung di pagi hari begitu
menyatu dengan hidup kami, tanpa ada gangguan sedikitpun, bahkan kami tidak
pernah menghirup debu di pahi hari. Kami hanya ingin menghirup udara bebas di
pagi hari.
Bapak Bupati yang terhormat, ini
adalah keresahan kami, kami butuh kebebasan dan polusi yg bersih. Kami tak mau
menghirup udara bercampur debu di pagi hari. Kami meminta kepada bapak bupati
gowa agar menertibkan tambang-tambang tersebut di pabbentengang. Kami meminta
perhatian penuh di desa kami.
Mohan maaf sebelumnya dengan
kelancangn surat terbuka kami. Semoga bapak bupati bisa segera menindak lanjuti
keresahan kami ini.
Post tersebut
ditutup dengan Hastag #KamiMasyarakatPabbentengang dan #TolongDiViralkan. Post
tersebut menuai banyak komentar dari sesama anggota grup tersebut. Komentar
pertama dari akun yang bernama Calvin, “Iye seharusx itu na
perhatikanki gowa, karena gowa itu kerajaan besar bedeng.”
Komentar datang
juga dari akun yang bernama Amanjie Rahman, “Ini masukan yang baik
untuk Bupati Gowa… agar memperhatikan pembangunan jalan di Gowa….
#positifthinkingkiboss.” Komentar yang cukup pedas datang dari akun yang
bernama Asri Supriadi Basri yang mengatakan, “Poros Malino mo ia. Dri
limbung sampe Bontonompo panrakna mamo jalananka pantas banyak jejere tukang
tambal ban dsana, tpi klo masuk mki takalar menuju jepot menuju Bantaeng enakna
mamo jalanan ka.”
Semoga niat
baik sang penulis surat ini bisa tersampaikan dan ada tindaklanjut dari laporan
yang dia sampaikan.
Comments
Post a Comment