Opini Tentang Peningkatan Maritim Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang menyimpan sejuta kekayaan yang terus digalih demi
kesejahteraan rakyat. Salah satu kekayaan tersebut adalah dengan adanya anugrah
berupa kekayaan laut yang luar biasa melimpah.
Laut merupakan hal yang sudah menjadi incaran semua orang
sejak zaman dulu. Terbukti, pada masa pra-aksara, nenek moyang dulu lebih
tertarik ke daerah yang memiliki laut yang sangat luas seperti Indonesia. Hal tersebut
terbukti dengan banyaknya ditemukan fosil manusia purba di berbagai wilayah di
Indonesia, contohnya situs manusia purba Sangiran.
Dari hal tersebut, dapat dipastikan bahwa sudah sejak
dulu Indonesia menjadi buah mata dari seluruh manusia di muka bumi dalam hal
laut. Laut Indonesia yang terkenal luas dan
ditaburi ribuan pulau yang melingkarinya menjadi magnet tersendiri dan daya
tarik untuk ke Indonesia atau minimal mengenal Indonesia. Dapat diketahui
bahwa nenek moyang Indonesia dulu termasuk bangsa nomaden, artinya
selalu berpindah tempat untuk mencari tempat baru yang memungkinkan adanya
sumber makanan dan penghidupan yang layak untuk ditempati. Maka mereka memilih
tanah nusantara.
Semua itu bukan tanpa bukti, pertama penemuan
situs bersejarah di berbagai pulau di Indonesia seperti di Seram dan pulau
Muna. Situs sejarah tersebut menggambarkan berbagai puluhan gambar yang
digambar manusia pada saat itu dengan wujud perahu. Dapat disimpulkan bahwa
manusia pada saat itu sudah tertarik dengan laut karena sudah mulai
mengekspresikan jiwa mereka atau apa yang mereka lihat dengan media gambar yang
tentunya bisa tersampaikan kepada generasi berikutnya.
Kedua, sebenarnya hal ini sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari atau dilihat di berbagai media elektronik atau cetak bahwa mata
pencaharian terbesar di Indonesia salah satunya adalah nelayan. Jika kita
berspekulasi dan menarik kesimpulan bahwa sebelum nelayan tersebut, pasti ada
nelayan sebelumnya yang juga menjadi seorang nelayan. Untuk itu, nelayan
merupakan profesi yang turun temurun dijalankan oleh rakyat Indonesia dengan
berdasar kepada nenek moyang mereka.
Dari alasan tersebut, tidak bisa dipungkiri kalau sudah
sejak lama bangsa Indonesia mengenal laut. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah
acuan dalam kehidupan berbangsan sekarang ini untuk bisa meningkatkan kuantitas
dan kualitas manajemen kelautan demi terwujud Negara maritim Indonesia.
Pelaut Indonesia terkenal sebagai pelaut ulung yang
pantang menyerah dalam berlayar mengarungi lautan yang sangat luas. Contohnya
saja Pelaut Bugis-Makassar dan pelaut Buton. Dua suku terbesar yang ada di
tanah Sulawesi tersebut menjadi saksi sejarah bagaimana pelaut Indonesia dapat
mengarungi samudra hingga ke Benua Hitam.
Semua itu bukan tanpa sebab, karena mereka dilahirkan
sudah sangat dekat dengan laut, oleh karena itu di tiap generasi mereka selalu
diajarkan untuk bagaimana mengolah laut, dan memanfaatkannya dengan sangat
baik.
Sejarah juga telah mencatat bagaimana kejayaan kerajaan
Sriwijaya yang dikenal hingga ke negeri Ming karena keganasan maritimnya,
hingga dijuluki sebagai Kerajaan Maritim Nusantara. Pada abad 9, di nahkodai oleh Balaputradewa,
Sriwijaya mengalami masa kejayaannya. Memiliki wilayah yang sangat luas dan
ditambah dengan armada laut yang sangat luas dan berpengaruh yang digunakan
sebagai jalur perdagangan. Dari hal tersebut, Sriwijaya mampu menjadi
pengendali perairan yang ada di Nusantara. Karena pengaruhnya yang sangat kuat,
untuk itu Sriwijaya dijuluki sebagai Kerajaan Nasional Pertama di Indonesia.
Saat agama Islam, Hindu dan Buddha masuk pun, para
penyebarnya menggunakan perahu dan mengarungi laut untuk bisa masuk ke
Indonesia. Indonesia yang dikenal sebagai negara yang sangat strategis di
Indonesia karena diapit oleh dua benua, yakni Asia dan Australia. Serta
dikelilingi dua samudra terluas di dunia, yakni Pasifik dan Hindia. Tak heran,
jika penyebar agama masuk ke Indonesia melalui laut. Bahkan perdagangan di
Indonesia pada saat itu masih menggunakan laut sebagai jalurnya. Itulah yang
dikenal sebagai jalur sutra.
Berbicara mengenai laut memang tiada habisnya. Namun,
maritim di Indonesia tak selamanya berjalan dengan baik. Sejarah dan waktu
terus bergulir menjadi satu gulungan baru yang siap dijalani. Kondisi Indonesia
pada saat masa Sriwijaya ataupun kerajaan lainnya sangat berbeda dengan kondisi
Indonesia pada saat ini. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, baik
kondisi alam Indonesia itu sendiri, ataupun manajemen kemaritiman yang buruk.
Indonesia
sudah dikonsepsikan sebagai Negara maritime sejak tahun 1996 pada saat Konvensi
Nasional Indonesia. Artinya, jika dihitung sampai sekarang, Indonesia sudah
dikenal dunia sebagai Negara maritim selama 21 tahun. Itu
adalah waktu yang cukup singkat padahal saat penjajah dari barat masuk ke
Indonesia, mereka sudah menganggap Indonesia adalah emas dari timur dengan
hasil laut dan maritim yang sangat kuat. Namun, pengakuan negara maritim baru
digaungkan 21 tahun yang lalu, dan sekarang baru gencar untuk dikiatkan.
Ini tentunya menjadi sebuah ironi, di maana negara lain
yang miskin akan laut berharap mempunyai wilayah seperti Indonesia. Namun, di
sisi lain Indonesia mengabaikan fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan
garis pantai terpanjang kedua di Dunia setelah Kanada. Coba perhatikan negara
Laos, di mana harus menjadi negara yang terkurung dengan negara lain. Sementara
Indonesia dengan lautnya yang sangat luas, malah tidak mengembangkannya.
Pertama, manajemen hasil laut. Dengan laut yang begitu
luas, maka pasti akan mengandung jutaan ton hasil laut yang bisa digunakan
sebagai pendongkrak perekonomian rakyat. Hasil laut yang begitu banyak tersebut
menjadi salah satu bukti nyata bahwa Indonesia memang pas diberikan julukan
sebagai negara kaya akan hasil sumber daya Alam, namun pengembangan sumber daya
manusia yang masih minim menjadi pemicuh dari ketidakberesan manajemen sumber
daya laut.
Rakyat yang seharusnya dapat diuntungkan dengan hasil
alam yang begitu melimpah tersebut malah sengsara. Bahkan masyarakat pesisir
termasuk zona dengan masyarakatnya yang tergolong ke dalam rakyat miskin. Ini
tentunya membuat heran, di mana peran pemerintah selama ini sebagai pengatur
kehidupan berbangsa.
Pemerintah merupakan subjek utama yang memiliki rasa
tanggung jawab yang sangat besar terhadap pengelolahan hasil laut yang nantinya
akan digunakan sebagai pemenuh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia. Namun,
nyatanya yang kita lihat sekarang malah manajemennya semakin memburuk. Berbagai
program yang mereka istilahkan unggulan malah hilang maknanya. Pola
penyebaran nelayan yang tidak merata menjadi pemicu utama dari
ketidakberhasilan berbagai program pemerintah.
Misalnya, di nelayan satu daerah dengan daerah lain pasti
memiliki perbedaan yang signifikan. Selama ini, pemerintah terkadang
mengabaikan fakta tersebut. Bila negara hanya menyurpei satu wilayah dan tidak
emmerhatikan wilayah yang lain maka dapat dipastikan suatu program tidak dapat
berjalan optimal. Jika ada satu wilayah yang dekat dengan laut dan diberikan
program pemerintah untuk pengoptimalan nilai guna laut. Ternyata program
tersebut berhasil karena memang masyarakat di sana terbuka dan sangat
memerlukan bantuan pemerintah. Tapi, bagaimana dengan masyarakat nelayan yang
bertipe tertutup dari pranala luar dan terkesan cepat puas terhadap hasil laut
yang didapatkan. Hal ini, tentu harus dikaji lebih dalam lagi.
Mengenai hasil laut, bisa dikatakan Indonesia adalah
surga hasil laut. Tiada terkira berapa jumlah dari hasil laut Indonesia yang
didapatkan dan dikelola masyarakat Indonesia di suatu tempat, dan tidak bisa
pula terkira berapa ton hasil laut Indonesia yang sudah dicuri oleh nelayan
asing. Memang, karena negara yang luas dan banyak celah antar pulau manjadi
sebuah peluang besar bagi negara lain untuk mencuri ikan di Indonesia. Data
menyebutkan bahwa Indonesia rugi 2260 triliun rupiah karena penangkapan ikan
oleh kapal asing.
Dengan nilai yang begitu besar tersebut, tak heran jika
masyarakat pesisir menjadi masyarakat zona kemiskinan yang tinggi. Dibandingkan
teknologi asing, nelayan kita masih menggunakan cara tradisional dan dengan
kapal yang sangat tradisional dan jauh dari kata canggih. Untuk itulah,
masyarakat Indonesia sangat sudah mulai susah mencari tangkapan ikan dan hasil
laut lainnya dengan teknologi yang sangat minim. Bisa diperhatikan nelayan
asing yang seenaknya berlayar di laut Indonesia memiliki kapan yang sangat
besar dan tidak terpengaruh dengan ombak yang cukup tinggi.
Faktor cuaca menjadi salah satu faktor yang sangat
merugikan bagi nelayan, apalagi kalau musim penghujan telah tiba maka nelayan
enggan untuk melaut. Hal tersebut terjadi karena mereka takut akan kecelakaan
di laut,apalagi jika badai laut tiba. Ini tentunya menjadi catatan tersendiiri
bagi pemerintah untuk bagaimana agar emmperdayakan masyarakat nelayan agar bisa
tetap mendapat lembar rupiah walaupun di saat cuaca yang kurang bersahabat.
Kembali kepada masalah penangkapan ikan oleh kapal asing.
Pada pemerintahan sekarang, Indonesia memiliki kebijakan untuk mengurangi
tingkat pencurian ikan dengan cara menenggelamkan kapal asing yang menangkap
ikan di Indonesia. Ini tentunya menjadi ancaman tersendiri bagi kapal asing
yang ingin menangkap ikan di Indonesia untuk bisa berhenti menangkap ikan di
Indonesia, karena kalau maka ancamannya benar-benar serius. Terbukti, sudah ada
236 kapal yang sudah ditenggelamkan mulai dari kebijakan ini dimunculkan.
Namun, penenggelaman kapal ini hanya menjadi sorotan
sesaat semata. Toh masih banyak masyarakat nelayan kita yang masih miskin,
bahkan tinggal di perkampungan kumuh di pinggir pantai. Dalam sehari, pasti ada
banyak sekali nelayan ilegal yang masuk ke Indonesia tanpa pengawasan yang
sangat ketat oleh polisi laut. Hal tersebut terjadi karena Indonesia merupakan
negara kepulauan yang membuat tiap pulau yang ada memiliki sekat yang bisa
dimasuki oleh nelayan asiing.
Akibatnya, nelayan kita mengalami kerugian yang sangat
drastis. Apalagi jika teknologi mereka lebih mutakhir daripada nelayan
Indonesia. Untuk itu, penenggelaman kapal merupakan kebijakan yang cukup baik,
namun diperlukan juga suatu kebijakan yang mengatur nelayan agar mendapatkan
hasil tangkapan yang besar dengan teknologi yang lebih baik. Karena Indonesia
merupakan negara yang sangat kaya akan hasil laut, sangat terlalu jika rakyat
pesisir menjadi miskin di tengah negari yang dikelilingi hasil laut yang
melimpah. Untuk itu, di sinilah peran serta pemerintah sebagai pengatur rakyat.
Rakyat tentunya tak mau hanya disuguhi oleh program yang efektivitasnya hanya
sesaat.
Program tersebut seperti pemberian alat tangkap ikan yang
canggih dari pemerintah. Namun, di sini pemerintah hanya memberikan, namun
tidak memberdayakan. Bisa saja penggunaan alat tersebut terkikis karena ketidaktahuan
nelayan dalam penggunaannya agar lebih efektif. Jika nelayan putus asa untuk
menggunakannya, maka siap-siap alat tersebut akan dijual oleh nelayan sebagai
imbas dari ketidaktahuan nelayan dalam penggunaaan alat-alat nelayan yang
mutakhir.
Untuk itu, ada uangkapan negative mengenai nelayan yang
mengadakan orang yang bodoh jadi saja seorang nelayan. Ini tentunya sangat
menggugah hati kita bersama. Padahal jika ditinjau para sarjana ilmu kelautan
tersebar di seluruh Indonesia. Namun, keaktifan mereka untuk turun langsung ke
masyarakat sangatlah kurang. Hanya beberapa dari mereka yang mau mengabdi demi
kebaikan nelayan.
Faktor generasi muda juga menjadi faktor utama dalam
pengembangan potensi profesi nelayan. Banyak di antara mereka menganggap remeh
profesi nelayan hingga tak mau menjadi seorang nelayan. Hal tersebut bukan
tanpa alasan. Tidak menentunya cuaca laut dan rendahnya pendapan nelayan
menjadi faktor beringas generasi muda enggan menjadi seorang melayan.
Jurusan Ilmu kelautan dan sejenisnya hanya menjadi kajian
tanpa praktek di perguruan tinggi. Banyak sarjana dari jurusan tersebut, namun
kondisi nelayan kita tetap begitu saja tanpa ada perubahan sedikit pun. Pemerintah
juga seakan tak mau ambil pusing dalam permasalahan yang sudah dihadapi nelayan
tersebut. pemerintah hanya menerbitkan kebijakan atau aturan dan sejenisnya
yang tidak tepat sasaran dan terkesan asal jadi.
Nelayan sudah melakukan berbagai hal dalam peningkatan
kualitas hidup mereka. Termasuk berupaya untuk mengekspor hasil laut ke
berbagai negara maju seperti Jepang, Korea Selatan dan Australia. Namun,
anehnya harga jual bisa tergolong rendah daripada hasil laut tersebut sudah
diolah di negara tersebut dan diekspor ke Indonesia dengan nilai jual yang
sangat tinggi.
Tentunya, harusnya ada pemberdayaan nelayan di sini. Dari
kasus ini, harusnya nelayan bisa belajar bagaimana mengubah suatu yang kecil
menjadi sesuatu yang besar dan bernilai tinggi. Pemerintah kian gencar
melaksanakan pemberdayaan, sosialisasi dan sejenisnya dalam hal pengelolahan
hasil laut menjad bahan siap konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi. namun, sekali lagi pengaruh sentralisasi masih terasa di
zaman otonomi daerah ini.
Realisasi kebijakan pemerintah biasanya hanya
berpusat pada suatu titik. Contohnya saja, pengolahan hasil laut seperti ikan
tuna menjadi abon bisanya diberdayakan hanya di pulau Jawa. Mungkin ada di luar
pulau Jawa, namun tidak sebanyak yang di pulau Jawa. Itu pun nilau jual dan
minat beli masyarakat sangat rendah. Di sini nelayan kian merana. Untuk itu, di
sepanjang masyarakat pesisir, kemiskinan kian menjadi momok.
Di zaman modernisasi ini, pemerintah kian menggila dengan
mereklamasi beberapa pantai di Indonesia. Sebut saja Tanjung Banoa di Bali, dan
yang sekarang sedang heboh adalah reklamasi Teluk Jakarta. Pemerintah kurang
memperhatikan langkah yang mereka tempuh dengan mengizinkan pengembang
reklamasi untuk menimbung pantai yang sangat luas di Teluk Jakarta.
Akibatnya adalah Jakarta akan diprediksi banjir terus,
karena muara sungai di pantai utara tertahan dengan adanya reklamasi tersebut.
Selain itu, nelayan tidak bisa melaut lagi karena beberapa areal laut sudah
tertimbun tanah. Ekosistem terumbung karang kian rusak dengan tingkah congkak
para orang-orang beringas. Salah satu solusi yang tepat adalah mereview kembali
izin pengembang untuk mereklamasi teluk Jakarta. Proyek seperti ini rawan akan
korupsi. Solusi lainnya jika laut sudah tertimbun, maka lebih baik
menjadikannya sebagai kampung nelayan.
Menjadi sebuah negara maritim tak hanya manajemen sumber
daya laut yang maksimal, namun harus pula memrevitalisasi sistem kepariwisataan
di Indonesia. Indonesia sekali lagi merupakan negara kepulauan. Jadi, jangan
heran bila dari Sabang sampai Marauke memiliki banyak sekali sumber pariwisata yang
mumpuni. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai Kuta yang terletak di
Pulau Bali. Jika orang luar negeri ditanya mengenai Indonesia, maka mereka akan
langsung terbesit di pikiran mereka adalah Bali dan Pantai Kuta. Bagi sebgaian
orang tentunya ini membanggakan, namun di sisi lain ini tak biasa.
Apakah di antara 17.508 pulau di Indonesia hanya Pantai
Kuta yang dikenal di dunia. Lalu, pariwisata yang lain dikemanakan? Sekali
lagi, ini membuat kita miris. Dibandingkan negara lain, mungkin orang luar
negeri terutama bangsa barat akan menyebut banyak sekali tujuan wisata. Lalu,
apa yang salah dengan negera kita? Mengapa hanya beberapa yang dikenal dunia.
Sebenarnya, jawabannya simpel. Jika kita bertanya kepada
orang Indonesia mengenai satu pariwisata yang jauh dari daerah mereka dan masih
daerah Indonesia, rata-rata mereka tidak mengetahuinya. Jadi, dapat diasumsikan
bahwa promosi pariwisata kita yang kurang. Laut yang tentunya bukan hanya
sebgaai sumber mata pencaharian nelayan, juga menjadi tempat wisata yang
harusnya dikunjungi oleh turis dari berbagai negara.
Nayatanya tidak,
kepariwisataan Indonesia hanya nerpusat pada satu titik, untuk itu promosinya
hanya itu-itu saja.
Indonesia direncanakan akan mendatangkan jutaan wisatawan
dari luar negeri, namun itu hanya wacana biasa yang terlontar dari mulut-mulut
pemerintah. Padahal, jika pariwisata di Indonesia bagus, maka akan berdmapak
pula dengan perekonomian negara dan masyarakat setempat.
Indonesia kian berbenah menjadikan Indonesia dapat
dikunjungi oleh negara lain. Untuk itu, berbagai pariwisata baru mulai tercium
ke negara lain. Seperti Raja Ampat. Tempat wisata yang satu ini memang baru
dikenal publik. Keindahan alamnya, keindahan terumbu karang dan kelengkapan
spesies ikannya menjadikan objek pariwisata ini kian menarik dan ingin
dikunjungi oleh negara lain.
Kita ketahui bersama, bahwa Papua merupakan provinsi atau
pulau paling timur dari Indonesia. Untuk itu, harga barang di sana sangatlah
mahal. Itulah yang menjadi keluhan para turis dengan mahalnya biaya pesawat dan
akomodasi saat berlibur ke Papua. Semua itu kembali lagi ke Pemerintah.
Papua merupakan pulau yang kurang tersentuh pembangunan.
Bahkan mereka mengancam untuk meisahkan diri dari Indonesia karena mereka
berpendapat mereka kurang diperhatikan di negaranya sendiri. Saat ada sesuatu
yang unik dari pulau mereka, baru pemerintah mulai memanfaatkan mereka. Bahkan,
tambang emas terbesar di dunia masih belum dirasakan oleh bangsa Papua.
Pariwisata sangatlah penting bagi suatu negara. Karena
pentingnya itulah, Indonesia memiliki menteri Pariwisata sendiri yang tujuannya
agar manajemen kepariwisataan Indonesia bisa lebih baik dari negara lain.
Nyatanya tidak, wajah Indonesia di mata dunia masih itu-itu saja dan tidak ada
perubahan.
Misi poros maritim hanya angan belaka. Hal yang begitu
mudah seperti pariwisata sangat sulit dikembangkan. Padahal Tuhan telah
menitipkan ribuan kepingan surga yang menepi di tanah Nusantara. Sektor
pariwisata juga bisa menjadi cadangan bagi nelayan jika enggan untuk melaut.
Namun, seklai lagi pemberdayaan masyarakat nelayan masih sangat kurang. Nelayan
masih perlu belajar, apalagi untuk bisa berkomunikasi dengan negara lain.
Lewat pemerintahan Joko Widodo ini, diharapkan Indonesia
menjadi negara poros maritim yang diakui dunia seperti pengakuan akan Indonesia
sebagai negara maritim. Untuk itu, sebagai negara maritim, juga maritim juga
harus menjadi negara poros maritim. Ini adalah misi yang snagat sulit, terlebih
lagi banyak sekali tantangan yang dihadapi Indonesia sekarang.
Sumber daya Alam Indonesia sudah sangat melimpah, apalgi
sumber daya alam di laut. Namun, yang kurang adalah seumber daya manusia yang
masih sangat minim. Indonesia masuk sebagai negara dengan pengembangan
manusianya yang kurang. Untuk itu, kemiskinan di mana-mana dan sulit untuk
diberantas.
Untuk itu, sinergis bersama diperlukan demi terwujudnya
misi tersebut. Bukan hanya pemerintah, namun seluruh rakyat Indonesia harus
ikut serta dalam peningkatan kemaritiman di Indonesia dengan berbagai cara.
Pertama perintah, pemerintah sebagai pengayom masyarakat
seharusnya mampu lebih bijak dalam menerbitkan berbagai aturan yang nantinya
bisa dirasakan dengan jelas manfaatnya bagi masyarakat. Indonesia seeharusnya
lebih berkaca pada masa kejayaan Sriwijaya yang menjadi kerajaan maritim
terkuat di Nusantara. Indonesia bisa mengembalikan kejayaan tersebut dengan
cara memiliki pemimpin yang memang mengerti rakyat dan mengerti persoalan
rakyat. Hanya dengan cara tersebut, masyarakat bisa seakan dekat dengan pemimpin
mereka. Karena kedekatan tersebut, kebijakan bisa satu arah dengan cita-cita
rakyat dan cita-cita bangsa.
Dengan potensi maritim yang begitu melimpah, sudah
sepantasnya Indonesia memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. Banyak sekali
negara yang iri dengan Indonesia karena bentu negaranya sebagai negara
kepulauan, oleh karena itu memiliki laut yang luas dua per tiga dari jumlah
luas negara Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan, untuk itu ada sisi
negatif dan sisi positif dari posisi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sisi
positifnya seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia menjadi negara
dengan jumlah laut yang banyak dan potensi kelautan yang begitu banyak. Namun,
Indonesia juga tentunya bisa berkaca akan keadaan tersebut di mana dengan
posisi tersebut Indonesia mudah dimasuki negara lain yang ingin mencuri hasil
laut di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena Indonesia sejak dulu menjadi
jalur negara pelayaran yang perdagangan.
Untuk, itu program penenggelaman kapal asing memang sudah
snagat bagus, namun juga diperlukan penjagaan lebih ketat lagi karena jangan
sampai Indonesia mengalami kerugian triliunan rupiah per tahunnya. Sayang, jika
uang sebanyak itu terkuras yang seharusnya bisa dimanfaatkan demi kesejahteraan
rakyat.
Mengenai pariwisata, Indonesia terus berbenah. Untuk itu,
bukan hanya pemerintah yang harus menjadi subjek utama dalam pembangunan
pariwisata di Indonesia. Namun, masyarakat sekitar pantai atau laut juga harus
aktif berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Semua itu
bukan tanpa alasan. Pemerintah adalah satuan dengan jumlah yang terbatas,
sementara jika masyarakat sekitar ingin untung atau ambil bagian dalam
pariwisata, maka mereka juga harus siap dalam segala hal. Termasuk menjaga laut
atau pantai agar tetap terjaga dan bisa dikenal dunia. Masyarakat sekitar juga
seharusnya tidak menggunakan bahan berbahaya dalam menangkap ikan, karena hal
tersebut tentunya dapat merusak terumbu karang yang merupakan tempat bermukim
bagi biota laut.
Semua komponen dalam bangsa ini penting, bukan hanya
presiden dan jajarannya. Tapi semua harus aktif. Cita-cita negara maritim bukan
hanya slogan saja. Namun suatu kebanggan bisa terlahir di bumi Indonesia yang
sangat kaya akan sumber daya alam. Untuk menjaga kebanggaan itu, maka hadirkan
Indonesia dalam diri kita dan bertekat wujudkan negara maritim Indonesia yang
bermartabat dan dikenal di belahan dunia manapun.
Comments
Post a Comment