Jangan Lupa Sarapan Untuk Kuat Menghadapi Kenyataan
Ohayo, apa kabar sahabat? Pasti kalian rindu dengan
tulisan bernada santai dariku. Oke, setelah sebelumnya kita menbahas banyak hal
yang sifatnya ilmiah, sekarang mari kita sedikit merenungi sebuah Quotes yang
belakang ini sering aku baca di timeline facebook. Kata-katanya singkat namun
sedikit menyindir bagi seseorang yang tak kuat menerima kenyataan. Jujur ya, aku tuh sering sekali membaca postingan anak alay di
facebook. Mengapa facebook? Karena facebook sarangnya anak alay.
Pertama kali mengenal facebook pun postinganku juga alay
bin lebay. Setiap kali membacanya kembali terkadang membuat tertawa sendiri.
Lalu, saat tertawa sendiri siapakah yang aku ketawai. Itu adalah diriku
sendiri. Itu sebuah kenyataan, makanya aku harus kuat menghadapinya. Tapi, aku tak
perlu sarapan, cukup makan siang saja.
Kenyataan itu terkadang menyakitkan yah, nah kata-kata
ini saya kutip lagi dari beberapa post pengguna facebook yang menyertakan foto
dengan 1001 macam pose yang menggelitik. Ingat
yah, kalau ada yang upload foto sembarangan di facebook, aku unfriend! Semua
itu untuk menjaga kemurnian dari facebook, jangan sampai ternoda oleh orang
yang usil dan haus akan pujian akan foto yang kita anggap biasa saja, tapi
mereka anggap luar biasa tingkat paripurna yang ricuh badai.
Ngomong-ngomong
pasal sarapan, ternyata ini bagus banget loh untuk kesehatan kalian. Semangat
orang yang sarapan dengan orrang yang tidak sarapan itu beda loh. Yaiyalah,
orang yang sarapan kan kenyang. Namun, ada sisi lainnya selain kenyang. Pertama
mampu menyegarkan otak. Jadi, orang yang tak sarapan pikirannya tak karuan
bagai keliling monas seribu kali. Lalu yang sarapan pikirannya segar, mungkin
inilah orang yang akan kuat menghadapi kenyataan.
Selain itu,
sarapan ternyata mampu mengurangi stres. Jadi kebayang bagi orang yang tak
sarapan stressnya akan seperti apa saat akan menghadapi kenyataan. Dibandingkan orang yang sarapan akan lebih
tenang dengan situasi yang bisa saja terjadi. Intinya, berpikir positif
terlebih dahulu sebelum akan menghadapi kenyataan. Jika pikiran positif dan
kenyataan yang positif maka akan nyambung, bagaikan asam kuat direaksikan basa
kuat. Lalu, jika pikiran positif dan kenyataan yang negatif, setidaknya pikiran
kita sudah positif untuk menghadapi kenyataan. Ini juga seperti reaksi asam
kuat dan basa lemah yang menghasilkan larutan penyangga. Eh! Kok lari ke kimia?
Alhamdulillah, lewat post blog ini juga aku mau
mengucapkan selamat kepada teman kelasku yang dulunya XII IPA 6 yang lolos
masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Alhamdulillah, ini tak terlepas dari kerja
keras kalian dan sikap postif kalian terhadap kenyataan yang akan datang.
Sungguh, aku sebenarnya salut kepada sebagian temanku yang berjuang keras masuk
PTN dengan menghadapi berbagai tes namun dinyatakan tidak lolos, tapi setelah
mencoba terus, maka penantian mereka akhirnya terkabul. Syukurlah...
Aku tuh kalau bahas teman SMA terkadang mau mewek. Apa
karena hati ane yang lembut yah? Yaelah... mungkin kalian juga merasakan hal
yang sama denganku yang sangat ingat akan masa SMA kalian. Bisa dibilang masa
paling indah yang hanya datang seumur hidup kalian. Namun, kenyataan akan
berpisah itu sangat menyakitkan. Aku nggak nyangka loh, teman ane yang kuduga
strong eh ternyata mewek se mewek-meweknya saat acara maaf-maafan. Padahal kan
belum perpisahan, UN saja belum, eh sudah nangis duluan. Itu nangis karena akan
berpisah, atau nangis karena UN tahun ini kita pakai sistem CBT?
Alhamdulllah, sebentar lagi aku juga akan masuk dunia
perkuliahan. Sekadar info, aku lolos jalur SNMPTN prodi Geofisika-UNHAS. Insya
Allah, akan memakai almamater merah. Wahh, memang suatu kebanggaan dan suatu
kepercayaan yang luar biasa pula. Untunglah, kali ini langkahku didukung
habis-habisan oleh keluarga besarku. Terima kasih!
Terakhir, Ebiet berpesan dalam sebuah lagunya yang sangat
populer, “Kita Musti telanjang, dan benar-benar bersih, suci lahir dan di
dalam batin.“ Maksudnya adalah, kita harus intropeksi diri kita sendiri,
atau membuka diri kita sendiri. Koreksi kekurangan dalam diri kita, dan jangan
hanya berfokus pada kekurangan orang lain yang membuat kita lalai pada diri
kita sendiri. Jangan selalu beranggapan bahwa diri kita lebih baik daripada
orang lain, justru jadilah lebih baik dari diri kita sendiri. Hadapi setiap
kenyataan yang ada di hadapan kita nanti, percayalah bahwa segalanya telah
ditentukan oleh Allah Yang Agung. Satu lagi, jangan lupa sarapan, biar semangat
menjalani hidup yang penuh liku-liku ini, sekaligus biar kuat menghadapi
kenyataan.
Comments
Post a Comment