Uang Rp 2.000,00 Membuatnya Tersenyum
Sebenarnya hal ini sudah beberapa minggu yang lalu aku saksikan, namun masih membekas dalam diriku. sebuah kenyataan pedih yang kurasakan karena di samping rasa keluh kesah yang aku lontarkan, ternyata masih banyak orang di sekitarku yang harus berjuang untuk meraup pundi rupiah demi seonggok nasi dan lauk untuk dimakan bersama keluarga. Hal yang aku lihat seakan menjadi guncangan dalam diriku yang selama ini masih cacat dalam bersyukur atas nikmat Allah.
Saat ini aku sedang kuliah di Universitas Hasanuddin dan tiap hari harus pulang balik dari rumah saya di Gowa dan ke Kampus Unhas Tamalanrea. Sebenarnya banyak hikmah di balik pulang baliknya aku dari Makassar ke Gowa, begitu pula sebaliknya. Kebetulan, saat SMA aku jarang sekali ke Makassar. Padahal Makassar dan Gowa itu bertetangga. Selain itu, aku juga mulai mengenal tempat-tempat terkenal di kota Makassar.
Namun, ada pemandangan yang sangat memiriskan hati saat melihat segerombol ibu-ibu atau anak-anak yang putus sekolah untuk berusaha mencari nafkah. Semua itu adalah hal yang tak asing lagi aku lihat saat akan pulang atau kembali dari kampus. Suatu hari, nampak seorang ibu-ibu menjajakan tissuenya. Aku melihatnya dengan sangat jelas karena ibu itu berada di depanku. Lampu lalu lintas yang merah membuatnya beraksi untuk menjual tissuenya.
Nampak peluh dan rasa letih di wajahnya. Aku bisa melihat keadaannya yang sangat lelah dalam menjualkan dagangannya. Kebetulan pada saat itu matahari siang sedang menyengat kulit, dan sangat panas sekali. Bahkan aku yang memakai helm merasakah panasnya sampai ke wajahku. Namun, ibu itu tetap berjalan, bolak-balik dari satu mobil ke mobil yang lain. Hal yang paling miris ketika ibu itu berdiri di samping pengendara dan berharap pengendara mobil melihatnya. Namun kenyataannya, pengendara mobil malah mengacuhkannya.
Tiba-tiba, sebuah kaca mobil terbuka. Nampak seorang bapak-bapak yang nampak sangat religius menyodorkan uang 2 ribu rupiah kepada ibu tersebut. Aku sempat heran, mengapa dia memberikannya uang padahal dia tak membeli satu pun tissue yang dijualnya. Ternyata itu hanya sekadar pemberian semata. Namun, uang 2 ribu itu seakan sangat bermakna hingga ibu tersebut kembali ke tepi jalan dengan sangat riang. DIa juga memperlihatkan uang tersebut kepada seorang lelaki yang hampir seusia dengannya, dan nampaknya itu adalah suaminya.
Ya Allah, sungguh suatu pelajaran yang sangat berarti bagiku hari itu. Aku bahkan mengendarai motor dengan melamun. Apa yang aku lihat terus saja mengiang-ngiang di pikiranku seakan hal tersebut berlangsung sangat lama, padahal hanya sekitar 1 menit namun sangat berarti bagiku.
Kebahagiaan itu saat mendapatkan hasil yang telah kita usahakan. Hasil itu tidak instan, banyak sekali jerih payah, rasa letih dan tetes darah yang mengalir karena sebuah pengorbanan untuk mendapatkan suatu hasil. Tentunya, kebahagiaan lebih terasa saat kita sendiri yang menjalaninya.
Comments
Post a Comment