Potret Buruk Pelajar dalam Sinetron
Dewasa ini, TV menjadi barang utama yang harus ada dalam sebuah rumah untuk memenuhi fungsi “Hiburan”. Namun, seakan fungsi tersebut berubah menjadi kiblat utama dalam Life Style, hal tersebut tertuju kepada Sinetron. Sinetron adalah kepanjangan dari Sinema Elektronik. Bentuknya berupa drama yang mirip dengan kehidupan sehari-hari yang dipertontonkan melalui media televisi. Akibatnya, semua umur bebas menonton apalagi jika tak ada pengawasan khusus.
Hal
yang perlu dikaji mendalam yaitu Potret pelajar dalam Sinetron. Akhir-akhir
ini, sinetron dengan tema pelajar sekolah tengah naik daun untuk ditampilkan
yang nantinya bisa ditonton semua kalangan, terkhusus para kaum remaja.
Sebenarnya sedikit geram dengan berbagai adegan dalam sinetron yang katanya
bertemakan pelajar tetapi lebih condong ke hal yang negatif
Pertama, dalam
Sinetron tentang pelajar selalu ditampilkan adegan kemesraan antara dua lawan
jenis dan itu tempatnya di sekolah. Jadi, seperti itukah sekolah-sekolah di
Indonesia yang menjadikan sekolah sebagi tempat untuk bertemu dengan sang kasih
daripada belajar. Para aktor sebagai pelajar dengan mudah menggenggam tangan si
cewek, gombal dengan seribu bualan palsu, mengajaknya ke kantin berdua, saling
kirim surat cinta, semua itu ada dalam sinetron yang bertemakan pelajar. Jadi,
yang harus diketahui di sini, dimana belajarnya?? Apa hanya sekadar bertemakan
pelajar?
Akibatnya,
para pelajar yang menonton kisah cinta palsu tersebut juga ikut-ikutan
berpacaran di dunia nyata. Bahkan, bukan lagi sebuah rahasia umum bahwa
sekarang anak SMP sudah memiliki seorang pacar, bahkan bisa disebut Playboy or Playgirl karena sering
berganti-ganti pacar. Kalau tak percaya, silahkan cek media sosial Facebook!
Kalian akan banyak menemukan kumpulan status yang bagi saya sangat alay,
misalnya meng-upload foto kemesraan
mereka dan dilihat ribuan orang, semua itu tak terlepas karena faktor sinetron
yang kurang mendidik.
Kedua, sekarang
lagi zamannya bahasa alay bin lebay. tapi,
tahukah anda kalau sebagian besar bahasa aneh lahir dari sebuah sinetron
bernuansa pelajar. Misalnya, OMG!, Cius, Kamseupay, Euy, ^%&*(, *(*^&*,
**(^&, dll. Semua itu timbul karena dialog para pemain sinetron yang
bertema pelajar. Akibatnya, di sekolahan banyak yang menggunakan kosakata
tersebut. Bahkan, sebagian besar kosakata tersebut mengandung makna yang
merendahkan orang lain. Tentunya itu jauh dari fungsi pendidikan sebagi
pendidik dari segi akhlak, karakter dan perilaku para peserta didik.
Ketiga, ini
yang tengah marak di kalangan pelajar yaknik kekerasan dan tawuran. Dalam sinetron yang bertema pelajar biasa
diceritakan pelajar yang menyelesaikan permasalahan mereka dengan jalan
kekerasan bahkan sampai tawuran antar pelajar. Penyebab utamanya adalah siswa
yang cenderung membentuk geng mereka
masing-masing. Akibatnya, sebagian siswa hanya bergaul dengan geng mereka dan
bila terjadi gesekan sedikit antara dua geng maka bisa saja jalan keluarga
adalah berantem, berkelahi, adu mulut, dll. Bahkan, hal yang paling lucu yang
pernah aku lihat adalah dua perempuan yang adu mulut dalam lingkungan sekolah,
dilihat siswa yang lain hal tersebut hanya karena memperebutkan seorang cowok.
Jujur, ini lucu sekali.
Terakhir, sebenarnya
aku tuh sedikit bingung, kan temanya tentang pelajar terus belajarnya dimana?
Terkadang yang kulihat hanyalah kisah percintaan, kisah kekerasan, kisah adu
pesona, saling pamer kepada siswa lain. Bahkan menurut saya dandangannya kurang
wajar bagi seorang pelajar. Jangan sampai orang-orang berspekulasi bahwa itu
bukan siswa, melainkan model masuk sekolah :D Oke, pasti kalian pernah melihat
adegan lagi belajar dan itu menjelang bel istirahat atau bel pulang berdering.
Begitu
banyak potret buruk pelajar Indonesia dalam sebuah sinetron. Selain yang kusebutkan
tadi juga ada cara berpakaian yang acak-acakkan. Dasi miring entah ke mana,
kaki baju keluar mirip preman desa. Lalu, pantaskan hal tersebut ditampilakan
sebagi potret pelajar yang nantinya ditiru pelajar lain di dunia nyata. Tentu
tidak, alangkah baiknya menampilkan potret pelajar Indonesia di sisi yang lain,
seperti pelajar berprestasi, atau pelajar yang berjuang keras untuk bersekolah.
Jadi, para penikmat sinetron terutama remaja tidak merasa bosan dengan tema
cinta-cintaan melulu, apalagi kalau sinetron kejar tayang, siap-siap ceritanya
amburadul.
Intinya adalah, kita harus selektif dan kritis dalam menyaring
sinetron untuk ditonton, kalau bisa jangan terlalu sering nonton sinetron.
Lebih baik belajar, kalau di dunia televisi ada potret buruk belajar, bagaimana
kalau di dunia nyata kita perlihatkan potret baik dari pelajar. Kalau bukan
kita, siapa lagi? Kita kan pelajar, dan tentunya harus berprestasi!
Comments
Post a Comment