Salah paham berujung masalah
Assalamu'alaykum sahabat...
Apa kabar?? Saya harap kalian semua baik-baik saja. Sebelum ke materi, saya ingin berpuisi terlebih dahulu.
Bagai kayu diterpa angin
Menggoyahkan jiwa dan rasa
Amarah menggelegar seakan tak terbendung
Atau sedih karena kecewa pada seseorang
Sahabat, pernah tidak mengalami salah paham? Salah paham adalah kondisi dimana seseorang salah perspektif terhadap apa yang dilihat, didengar atau apa pun yang dialami. Biasanya salah paham bisa berakibat sedih, marah bahkan tak mau lagi bergaul dengan seseorang. Aku juga pernah mengalami hal tersebut. Tapi, kasusnya parah. Saya punya seorang teman inisialnya "A". Dia adalah teman yang paling terbaik. Sejak kelas X SMA aku dan dengannya sangatlah akrab bersama temanku yang lain. Tapi, semenjak naik di kelas XI keadaan berubah 180 derajat. Di awal semester kami akrab saja, tapi entah mengapa menjelang HUT Indonesia ke-70 kami tidak akrab lagi. Bertatap muka pun tidak. Aku hafal betul, itu mulai terjadi tanggal 15 Agustus 2015. Aku tak tahu penyebabnya, yang ada di benakku hanya ingin kembali seperti dulu yang sangat akrab.
Hari berlalu tak dirasa. Begitu pula persahabatan kami uang begitu rumit susah tuk dipecahkan penyebabnya. Tapi, aku mulai menerka bahwa kami tak ada masalah sedikit pun saat dia menarik bajuku dari arrah belakang saat di lab biologi karena kebetulan aku satu kelompok dengannya. Sungguh, saat itu aku tersipu malu. Tapi dia malah menunduk dan seakan menyembunyikan senyumnya. Dari peristiwa itu kami kian tak akrab. Pernah pula kami bermalam bersama di rumah temanku. Tapi tak berdua, mungkn saat itu kami ada sekitar 20 orang. Sungguh tak akan kulupakan saat salah satu temanku yang berinisial "D" menyuruhku keluar di teras rumah karena di situ ada si "A". Kala itu aku cari-cari alasan supaya tidak keluar di teras yaitu main HP. Yang paling menegangkan lagi saat dia ada dia duduk di depanku. Ya Allah.. saat itu aku bagai orang tuli. Aku hanya serius mendengarnya berbicara dengan orang di dekatku. Dalam hati ku bergumam, "Serius aku rindu saat-saat begini". Saat dia bergegas pergi saat itu hatiku lega walaupun sedikit kecewa.
4 bulan telah berlalu dan rasanya bagai nyawaku telah dicabut. Sungguh, seperti ada yang hilang dalam hidupku. Sampai saat itu temanku yang berinisial "I" mulai mengetahui masalahku. Setiap dia bertanya, aku hanya membalasnya dengan senyum manis agar dia berhenti kepo kepada aku. Tapi tiap hari pertanyaannya dan rasa ingin tahunya menggebu. Jadi, terpaksa aku terus terang padanya. Hasilnya, seminggu yang lalu aku berhasil akrab kembali dengan dia. Sungguh suatu keajaiban. Anehnya lagi, kami itu tak punya masalah apa pun. Sudah kuduga.
Begitu ceritanya teman, jadi ketahuilah terlebih dahulu masalah yang kamu hadapi, jadi terlalu dini menyimpulkan suatu masalah. So, berpikir positif dan berprasangka baiklah kepada sesama manusia.
Comments
Post a Comment