Cerbung: My Heart In The palace Part VI
Tersapu Oleh Perasaan Hujan
Bok Jung kembali sadar setelah kritis karena meminum
racun. Sampingnya ada Pangeran besar Haeyang yang menggenggam tangannya sambil
memberikan motivasi untuk bisa sembuh. Pangeran Haeyang juga ingin bertemu
dengan wanita yang meracik penawar racun untuk Cok Jung. Tabib istana bingung
mau menjawab apa, karena dia tak sempat berbicara dengan gadis tersebut.
Sementara itu, Bok Jung juga tak tahu kalau yang meracik penawar racun itu
adalah Eun Jeong.
“Dimana Eun
Jeong?” tanya Bok Jung. Tabib tersebut langsung berkata, “Ya, Eun Jeong. Itu nama
gadis yang meracik penawar racun untukmu. Apakah anda mengenalnya?” cetus
tabib. Bok Jung serasa tak percaya dengan semua itu. Sahabatnya menjelma
menjadi seorang peracik obat-obatan yang hebat sekaligus menyelamatkan
nyawanya.
“Apakah kau tahu dimana rumahnya?” Pangeran Besar
Haeyang. “Tidak Yang Mulia, dia baru muncul setelah 5 tahun menghilang.” Jawab
Bok Jung. Pangeran Besar Haeyang pun keluar dari bilik Bok Jung dan
memerintahkan pasukannya mencari gadis yang bernama Eun Jeong karena Pangeran
akan memberinya hadiah atas jasanya.
Di rumah guru Choi, Eun Jeong memperlihatkan obat yang
ditaruh seorang dayang dalam tes milik Bok Jung hingga membuatnya keracunan.
Guru Choi merasa tercengang dengan mata yang sedikit melotot. Dia lalu bergegas
mengambil sebuah buku dan meminta buku rahasia Maljola yang ada pada Eun Jeong.
Eun Jeong dan In Bahn menatap guru Choi dengan heran. Mereka bertanya-tanya tapi tak digubris sedikit pun oleh guru Choi.
“Ini dia, ini
adalah sebuah racun yang terdapat pada duri landak yang dihaluskan lalu
dibekukan. Saya tahu siapa dalang dari semua ini,” cakap guru Choi dengan penuh
misteri. “Yu Ja Gwang!” sambungnya.
Eun Jeong
merasa tidak percaya dengan semua yang dikatakan guru Choi, “Jadi, biarpun
telah diberi penawar, efeknya akan tetap terasa?” tanya Eun Jeong. “Iya, kamu
benar!” jawab guru Choi. Eun Jeong merasa terpukul dengan apa yang terjadi. Dia merasa bingung dengan apa yang harus dia
lakukan untuk mengobati sahabatnya.
“Kamu harus masuk istana dan menjadi seorang perawat
sekaligus peracik obat-obatan!” tandas guru Choi. Eun Jeong menolaknya karena
istana adalah tempat yang sangat berbahaya karena di dalamnya terdapat banyak
sekali darah yang bercucuran sia-sia. Guru Choi tetap saja meyakinkan Eun
Jeong, tapi tetap saja dia tak mau untuk memasuki istana. In Bahn juga berpihak
kepada Eun Jeong, karena bagi In Bahn, Eun Jeong sudah seperti adiknya sendiri
yang akan selalu ia lindungi.
Orang suruhan Ja Gwang sedang mengawasi Pangeran Deokwon
dan Wol Gin. Ja gwang menyuruh memisahkan mereka karena dia tak ingin anaknya
terus-terusan dekat dengan pangeran Deokwon, yang seharusnya dekat dengan
Pangeran Besar Haeyang. Untuk itu, Ja Gwang berencana menculik Pangeran
Deokwon. Dengan gesitnya, orang suruhan tersebut mendekati mereka berdua yang
sedang bercanda gurau di sebuah gazebo. Orang suruhan tersebut langsung menutup
hidung mereka berdua dengan sebuah kain hingga sesak bernafas dan akhirnya tak
sadarkan diri.
Setelah mereka tak sadarkan diri, Wol Gin dibawa kembali
ke rumahnya, sementara Pangeran Deokwon ditelantarkan di sebuah hutan yang tak
jauh dari rumah guru Choi. Keadaannya sangat miris, banyak luka gores di beberapa
bagian tubuhnya karena terlempar jauh ke dalam jurang.
Wol Gin telah sadar, dia langsung menjerit memanggil nama
Pangeran Deokwon. Ja Gwang langsung menampar anaknya sendiri dan membentaknya
dengan penuh amarah. “Aku sudah menyuruhmu untuk dekat dengan Pangeran Besar
haeyang agar kamu bisa menjadi seorang selirnya, tapi kenapa kamu memilih
adiknya?”
Wol Gin tak mau menjawabnya, malah dia tetap menjerit
memanggil nama Pangeran Deokwon. “Tidak, tidak, aku akan menikah dengannya. Dia sendiri yang mengatakan itu. Ayah,” sambil berlutut di depan
ayahnya, “Tolong, aku sangat mencintainya. Aku tak bisa hidup tanpanya. Aku
sudah memperjuangkan cintaku ini selama 5 tahun dan hari ini aku dilamar
olehnya.” Sambungnya.
Ja Gwang tak
mengubrisnya, dia hanya menghempas Wol Gin dan menyuruh pembantunya untuk
dibawa ke kamarnya dan tidak diperkenankan keluar rumah sebelum Wol Gin
menyesali perbuatannya. Ja Gwang kian marah, dia takut ambisinya takkan bisa
tercapai dengan adanya pangeran Deokwon yang ingin menikahi Wol Gin. Dia lalu
menyuruh orang suruhannya lagi untuk kembali ke tempat dimana dia membuang
Pangeran Deokwon dan membunuhnya.
In Bahn sedang keluar rumah dan tak sengaja menemukan
Pangeran Deokwon. Dia tertegun melihat keadaan Pangeran Deokwon dan langsung membawanya
ke rumah guru Choi. Tak lama kemudian, datang orang suruhan Ja Gwang yang ingin
membunuh Pangeran Deokwon. In Bahn melihatnya mereka, dia lalu berasumsi bahwa
mereka ingin mencelakai pemuda yang dia tolong itu. Dia langsng bergegas pergi
aagar tidak dilihat oleh orang suruhan tersebut.
Bok Jung dan Pangeran Besar Haeyang sedang mengobrol
bersama sambil meminum teh di bilik Bok Jung. Mereka sangatlah hangat dan
saling bertukar pikiran satu sama lain. Bahkan Pangeran besar Haeyang
mengungkapkan kekhawatirannya saat bok Jung keracunan saat meminum the.
Pangeran Besar Haeyang berjanji akan menemukan orang yang telah meracuninya.
Tiba-tiba, Bok
Jung merasa sangat pusing. Pangeran Besar Haeyang menyuruh Bok Jung untuk segera
berbaring dan tidur. Bok Jung ingin
Pangeran Besar Haeyang tetap di sampingnya sampai dia terlelap. Kian malam,
Pangeran Besar Haeyang tetap memagang tangannya hingga tak sadar dia juga
tertidur. Untungnya datang kasim Soe dan menyuruh Pangeran Besar Haeyang untuk
kembali ke kamarnya. Tapi, Pangeran Besar Haeyang menolak dan ingin menemani
Bok Jung tidur.
Guru Choi dan
In Bahn masih mengobati luka dari Pangeran Deokwon. Lalu, datang Eun Jeong yang
baru tiba dari mencari bahan makanan. Eun Jeong karena melihat In bahn dan Guru Choi sedang
mengobati seseorang. Dia melihat wajah dari orang tersebut, lalu dia teringat
Pangeran Deokwon dulu yang selalu memberinya buku yang bagus. Bahkan, dia juga
melihat baju yang dikenakannya mirip dengan model baju yang dikenakan Pangeran
Deokwon dulu. Dia senyum-senyum sendiri saat teringat Pangeran Deokwon pernah
menyebutnya sebagai calon istri saat akan masuk ke Perpustakaan.
Guru Choi menghancurkan
khayalan Eun Jeong dan menyuruh Eun Jeong untuk mengambil pembersih luka dan
pemati rasa. Eun Jeong segera melaksanakan perintah guru Choi. Mereka bertiga
segera membersihkan luka Pangeran Deokwon dan menghentikan pendarahan di
kepalanya karena terbentur di sebuah pohon.
“Tidak, aku takkan merestuimu menikah dengan Pangeran
Deokwon. Kamu harus menjadi seorang selir, bukannya seorang istri pangeran!”
bentak Ja Gwang kepada Wol Gin. Wol Gin kian mengelak untuk tidak bisa jauh
dari Pangeran Deokwon karena baginya Pangeran Deokwon adalah cinta pertamanya.
Amarah Ja gwang kian memuncak dan menampar Wol Gin. Wol Gin tergeletak di
lantai sambil memegang pipinya dan kemerahan dan kesakitan sambil manatap sinis
ayahnya.
In Bahn, dan guru Choi sedang mengobrol di dekat Pangeran
Deokwon. Karena keasyikan ngobrol, sehingga membangunkan Pangeran Deokwon. Dia
pun segera duduk dari tempat berbaringnya. Sambil memegang kepalanya yang masih
kesakitan, dia melihat seseorang yang nampaknya dia kenal. Dia langsung
menyebut namanya, “Guru Choi!” guru Choi kaget karena dia mengetahui namanya.
“Ini aku Pangeran Deokwon!” cetus Pangeran Deokwon sambil berdiri dan memegang
tangan guru Choi. “Apa anda masih mengingat saya?” sambungnya dan membuat guru
Choi mengangguk.
Guru Choi lalu memanggil Eun Jeong, “Eun Jeong!” sontak
karena mendengar nama itu Pangeran Deokwon lalu teringat akan seseorang. Sosok
Eun Jeong lalu muncul, betapa terpananya Pangeran Deokwon melihat paras Eun
jeong yang kian menawan setelah 5 tahun tak bertemu. Dia lalu menghampiri Eun
Jeong walaupun tubuhnya masih kesakitan dan karena terlalu gesit, dia menjatuhkan
gelas yang dibawa Eun Jeong.
“Maaf, aku tidak sengaja,” kata Pangeran Deokwon. Eun
Jeong lalu memungut pecahan gelas yang jatuh. Pangeran Deokwon serasa dibawa ke
masa lalunya saat pertama kali melihat Eun Jeong di perpustakaan. Setelah Eun
jeong berdiri, Pangeran Deokwon langsung memeluknya dengan sangat erat. Eun
Jeong kian linglung dengan tingkah Pangeran Deokwon. Tak sengaja, Pangeran
Deokwon berlinan air mata kebahagian.
Pangeran Deokwon lalu melepaskan pelukannya, “Apa kamu
tidak mengenalku? Apa kamu tidak rindu padaku, mengapa kamu pergi begitu saja
tanpa memberitahuku?” Eun Jeong lalu menerka siapa yang ada di depannya. “Kamu…
Seo Dang?” tebak Eun Jeong. Pangeran Deokwon dibuat terkekeh, “Ini aku,
Pangeran Deokwon!” lantas mendengar nama itu, Eun Jeong juga ikut-ikutan
menangis dan memeluk Pangeran Deokwon. Guru Choi juga merasa terharu melihat
pertemuan mereka kembali.
Pangeran Deokwon masih belum pulih tapi dia ingin
berbicara berdua dengan Eun Jeong di luar dan merasakan angin malam. Mereka berdua
pun keluar rumah berdua dan menatap dari atas bukit dan mlihat seisi Hanyang di
malam suntuk. Dari kejauhan, Nampak istana yang mulai gelap yang hanya
diterangi oleh puluhan api yang sebagai pelita.
Pangeran Deokwon seakan mempunyai banyak pertanyaan yang
ingin dia ajukan tapi dia tak tahu yang mana yang akan duluan ia tanyakan.
Tapi, intinya pertanyaan terbesarnya adalah mengenai kepergian Eun Jeong ke
Ming tanpa sepengetahuan siapa pun bahkan di malam hari. Eun Jeong bersikukuh
untuk tidak memberitahukan alasan di balik kepergiannya ke Ming, tapi Eun Jeong
berjanji kalau sudah tiba waktunya dia akan memberitahu Pangeran Deokwon.
Malam itu seakan dipenuhi oleh nostalgia, mereka kembali
mengingat kenangan mereka bersama saat masih menjadi seorang remaja. Suasana
tiba-tiba hening seketika Pangeran Deokwon mengingatkan Eun Jeong saat di
perpustakaan dan dia menyebut Eun Jeong calon istinya. Pangeran Deokwon tertawa
dengan sangat keras, sementara Eun jeong termenung sedih. Pangeran Deokwon
sekejab menghentikan tertawanya dan bertanya mengenai raut muka Eun Jeong yang
tak Nampak bahagia.
Lama-kelamaan, Pangeran deokwon juga teringat janjinya
kepada Wol Gin untuk menikahinya. Dia sekarang dilanda dilema berat, karena
orang yang disangka takkan kembali kini ada di hadapannya. Pangeran Deokwon
merasa kebingungan apa yang harus dikatakan kepada Wol Gin yang sudah lama
menunggu dia untuk melamarnya. Bahkan, saat pertemuan pertama mereka, Wol Gin
sudah mencintainya.
Selir Geun menuju ke bilik Pangeran besar Haeyang dan
menanyakan keberadaan Pangeran Deokwon. “Pangeran Besar, apakah anda melihat
Pangeran Deokwon? Tadi malam dia tak pulang ke istana?” tanya Selir Geun dengan
sangat gelisah. “Tidak, aku tidak melihatnya,” jawab pangeran Besar Haeyang.
Pangeran besar Haeyang lalu menenangkan Selir Geun, dan berjanji akan menemukan
Pangeran Deokwon segera.
Di dalam bilik yang dirundung pilu, Wol Gin menatap
jendela luar dan terkena cahaya rembulan. Dia merasa rindu dengan pangeran
Deokwon. Hal yang sama juga dilakukan Pangeran Deokwon dan Eun Jeong yang
menatap rembulan. Wol Gin merasa sangat terguncang dengan perkataan ayahnya
yang menyuruhnya menjadi selir demi ambisinya semata. Padahal, dia sangat
mencintai Pangeran Deokwon.
Pangeran Besar Haeyang dan Bok Jung sedang jalan-jalan
berdua di taman istana. Mereka sangat menikmati hari-hari dimana mereka berdua
setelah Bok Jung dilanda sakit akhirnya bisa juga sembuh. Betapa indah
pertemuan mereka, hingga para dayang dan kasim milik Pangeran Besar Haeyang
tersenyum melihat mereka berdua bersama. “Mereka adalah pasangan yang sangat
serasi,” seru kasim Soe.
Perasaan tidak enak badan datang kepada Bok Jung.
Tiba-tiba tubuhnya lemas, untuk itu Pangeran Besar Haeyang berteriak memanggil
para kasim dan dayangnya untuk membantu membawa Bok Jung ke biliknya. Pangeran
Besar Haeyang kian khawatir karena dia merasa bok Jung telah sembuh, mengapa
dia bisa sakit kembali.
Mereka sudah ada di bilik Bok Jung, tabib memeriksa
denyut nadi Bok Jung. Pangeran Besar Haeyang merasa sangat takut bila tabib
mengatakan bahwa penyakit Bok Jung kambuh lagi. Di luar dugaannya, setelah
memeriksa ternyata ada kabar gembira untuknya. “Selamat Yang Mulia Pangeran,
Permaisuri anda sedang hamil,” kata Tabib sekaligus membungkuk member selamat.
Dayang yang berada seisi ruangan juga membungkuk memberi selamat. Pangeran
besar Haeyang sangat sumringah, karena dia akan segera menjadi seorang ayah.
Dia langsung mencium kening Bok Jung dan menggenggam tangannya, “Terima kasih,
terima kasih Bok Jung! Seolah-olah kamu telah memberikan aku kebahagian
terbesar.”
Berita kehamilan Bok Jung tersebar seisi istana. Ayah Bok
Jung, Han Chil Woon datang memberi selamat sekaligus melihat keadaan Bok Jung.
Saat masih dalam perjalanan, dia bertemu dengan Perdana Menteri Min Su yang
juga member selamat kepadanya, “Istana akan semakin indah, karena sebentar lagi
akan mendengar suara tangisan bayi,” Chil Woon berterima kasih atas ucapan
selamat yang diberikan Perdana Menteri Min Su.
In Bahn dan Eun
Jeong sedang berada di pasar. Tak sengaja mereka mendengar percakapan para
pedagang mengenai berita kehamilan Bok Jung yang membuat negeri ini seakan
sedang dalam masa yang sangat indah. Eun Jeong merasa sangat takut, karena
tubuh Bok Jung yang lemah bisa saja membahayakan kesehatan bayi dari Bok Jung.
In Bahn menenangkan Eun Jeong, tapi tetap saja Eun Jeong tak bisa tenang.
Pangeran Deokwon yang mendengar berita kehamilan dari Bok
Jung juga datang berkunjung ke bilik Bok Jung. Ternyata di dalam ada Pangeran
Besar Haeyang yang menemani Bok Jung berbaring. Karena Pangeran Deokwon datang,
Bok Jung memutuskan untuk duduk. Pertama, pangeran Deokwon membungkuk memberi
selamat.
Bok Jung lalu ingin mengatakan sesuatu kepada Pangeran
Deokwon, “Apa kamu ingat teman masa kecil kita, Eun Jeong? Ternyata dia yang
membuatkan aku penawar racun, dan dia menyelamatkan nyawaku,” Pangeran Deokwon
dibuat kaget, karena ternyata Eun Jeong sudah masuk ke istana. “Tadi malam aku
bertemu dengannya,” cetus Pangeran Deokwon. “Bisakah kamu membawanya ke istana
untuk menjadi perawat pribadiku?” sambung Bok Jung. Pangeran Deokwon dibuat
bingung, tapi dia mengusahakan untuk bisa membawanya ke dalam istana.
Guru Choi sedang berdiskusi dengan Eun Jeong. Guru Choi
menyuruh Eun Jeong untuk segera masuk ke istana. “Dengan begitu, kamu bisa
mendapatkan dua hal. Kamu bisa merawat Bok Jung, dan tentunya kamu bisa
mengungkap kebusukan Ja Gwang.” Tandas guru Choi. Eun Jeong merasa sangat
bingung dan entah apa yang harus dia lakukan. In Bahn meyakinkannya dan
menyuruhnya ikut perintah guru Choi. Akhirnya Eun Jeong mengiyakannya dan
bersedia masuk ke dalam istana untuk merawat temannya.
Yu Ja gwang dan para pengikutnya berkumpul di rumahnya
membahas mengenai kehamilan Bok Jung yang bisa saja merugikan mereka. Jika Bok
Jung melahirkan seorang putra, maka bisa saja kelak dia akan menjadi raja.
Tentunya, Ja Gwang tak ingin hal tersebut terjadi. “Ja Gwang, anda jangan khawatir.
Racun yang dia minum dulu memiliki efek yang luar biasa. Jadi, bisa saja
kelahiran bayinya akan gagal,” kata Seong Hae.
Ja Gwang lalu memerintahkan para suruhannya untuk tetap
mencari buku Rahasia Maljola. Karena dalam buku tersebut, banyak
strategi dalam diterapkan oleh kelompok Ja Gwang untuk meraih ambisinya.
Pertemuan tersebut berakhir, saat yang lain akan keluar,
tiba-tiba masuk Wol Gin yang mendesak ayahnya untuk menikahkannya dengan
Pangeran Deokwon. Tetap saja Ja gwang bersihkeras dan tak mau menikahkannya
karena dapat menghalangi ambisinya. Menteri Perpajakan mendengar percakapan
mereka dan menuju ke Ja Gwang dan membisikinya sesuatu. Wol Gin penasaran
dengan bisikan tersebut yang dapat membuat Ja Gwang tersenyum puas seakan
mendapat ide yang luar biasa.
Dalam sekejab, Ja gwang berubah pemikirannya. Dia lalu
mengizinkan anak perempuan satu-satunya itu untuk menikah dengan Pangeran
Deokwon. “Suruh Pangeran Deokwon untuk datang ke sini, aku ingin membicarakan
sesuatu dengannya!” seru Wol Gin yang sedikit sumringah mendengar ucapan
ayahnya.
Pangeran Deokwon diam-diam datang ke rumah guru Choi
untuk menjemput Eun Jeong untuk datang ke istana sebagai perawat Bok Jung.
Dengan langkah yang seikit malu, dia menggenggam tangan Pangeran Deokwon dan
mereka berjalan berdua menyusuri lebatnya hutan, sungai yang mengalir tidak
terlalu deras dan juga kerumunan orang di pasar.
Hal yang tak terduga saat mereka berdua melewati pasar,
tak sengaja Wol Gin melihat mereka berdua. Api cemburu membakar hatinya. Sekelebat
kemudian dia berpikir mengenal gadis yang bersama dengan Pangeran Deokwon, “Ya,
dia adalah gadis yang lari saat aku mau menolongnya di dermaga,” gumamnya.
Dia ingin menghampiri Pangeran Deokwon, tapi melihat
kedekatan mereka dia lalu bersasumsi bahwa mereka memiliki hubungan yang tak
biasa. “Ini tidak mungkin, Pangeran, anda telah berjanji untuk menikahiku.”
Gumamnya lagi dan langsung lari tanpa memerhatikan orang di depannya sambil
menangis.
Mereka berdua akhirnya sampai di istana, mereka berdua
pun masuk dan berjalan menuju ke pavilium Bok Jung. Setelah sampai, dayang
pribadi Bok Jung mengumumkan kedatangan mereka. Bok Jung pun mempersilahkan
mereka masuk. Alangkah kagetnya Pangeran besar Haeyang melihat orang yang
dibawa pangeran Deokwon adalah orang yang menolongnya dulu. Dia lalu bangkit
dari duduknya, dan kembali tertegun melihat Eun Jeong. Perhatiannya tak luput
dari genggaman tangan mereka yang seakan tak mau lepas.
Pangeran Besar Haeyang sedikit cemburu melihat mereka.
Untuk itu, dia sengaja berdiri dan menarik tangan Eun Jeong dan membawanya di
dekat Bok Jung. Bahkan untuk duduk di samping Eun Jeong mereka harus berebut
tempat. Eun Jeong hanya tersipu malu, begitu pula dengan Bok Jung yang sangat
bahagian melihat tingkah kekanak-kanakan mereka. “Selamat yang Mulia atas
kehamilan anda!” kata Eun Jeong.
Pangeran Besar Haeyang penasaran dengan bagaimana Eun
Jeong dan Pangeran Deokwon bisa bertemu dan saling akrab. Pangeran Besar
Haeyang pun mengajak pangeran Deokwon untuk keluar dari kamar Bok Jung.
Pangeran Deokwon pun berpamitan kepada Eun Jeong. Lagi-lagi, Pangeran Besar
Haeyang merasa sedikit cemburu.
“Mereka itu tidak berubah, sejak pertama masuk ke istana
mereka selalu saja berdebat untuk hal-hal yang sangat sepele. Kadang aku dibuat
sumringah melihat kedekatan mereka. Kamu tahu, Pangeran Deokwon sudah seperti
orang gila keluar masuk istana hanya untuk mencarimu. Bahkan, tiap tahun dia
datang ke dermaga untuk mencarimu. Eun Jeong, ke manakah kau selama ini?” tutur
Bok Jung.
“Maafkan aku Yang Mulia, aku tak bisa menyampaikannya
sekarang. Saat tiba waktunya, aku akan menyampaikannya kepada anda,” jawab Eun
Jeong. “Bagaimana kabar anda hari ini, rupanya kabar kehamilan anda membuat
anda sangat bahagia dan tak berhenti untuk menebar senyum. Bahkan Pangeran
besar Haeyang selalu ada di dekat anda. Betapa besar rasa cintanya Pangeran
Besar Haeyang kepada anda.” Sambungnya.
Bok Jung menghela nafas, “Entahlah Eun Jeong. Kamu tahu,
aku bukanlah cinta sejatinya. Ada lagi seorang gadis yang berasal dari marga
kita yang juga ia cintai. Setiap malam, dia selalu menyebut Nona Han
dalam tidurnya. Entah siapa Nona Han yang dia maksud.” Ucap Bok Jung
dengan nada putus asa. Eun Jeong meyakinkannya, “Tidak, Yang Mulia sangat
mencintai anda. Anak yang akan lahir ini akan menjadi buah cinta kalian yang
sangat indah.”
Di luar bilik Bok Jung, Pangeran Besar Haeyang dan
Pangeran Deokwon sedang mengobrol hal yang sedikit serius. Pangeran Besar
Haeyang menanyakan awal pertemuan pertama mereka. “Kami pertama kali bertemu di
perpustakaan Negara yang ada di luar istana. Saat itu dia menunggu seorang tuan
muda yang menjanjikannya akan masuk ke Perpustakaan Negara. Bahkan dia pergi ke
perpustakaan Negara selama seminggu dan selama seminggu itu pula dia menunggu,”
tutur Pangeran Deokwon dengan raut muka yang sedikit sedih mengingat semua itu.
Sontak saja membuat Pangeran Besar Haeyang teringat akan
janjinya dulu kepada seorang gadis saat mereka masih remaja. “Apakah dia gadis
yang pernah aku beri janji dulu?” katanya dalam hati sambil memegang pundak
Pangeran Deokwon, jadinya Pangeran Deokwon dibuat kebingunan. Malah Pangeran
besar Haeyang malah langsung lari ke bilik Bok Jung.
“Ternyata namanya adalah Eun Jeong, yah Eun Jeong.
Maafkan aku saat aku tak mengenalmu saat di hutan. Maafkan saat dulu aku tak
mengenalmu,” katanya dalam hati sambil berlari dengan terberit-berit. “Kali ini aku takkan berbohong lagi
kepadamu, aku akan tepati janjiku dulu. Yah, aku akan memberimu buku terbaik di
Joseon.”
Pangeran besar Haeyang pun masuk ke dalam bilik Bok Jung
dan mencari keberadaan Eun Jeong. Dia terus saja memanggil nama Eun Jeong, tapi
Bok Jung mengatakan dia sedang keluar mengambil ramuan untuknya. Pangeran Besar
Haeyang pun langsung lari menyusul Eun Jeong. Di depan klinik kerajaan, dari
kejauhan Pangeran Besar Haeyang langsung memanggil namanya, “Eun Jeong! Han Eun
Jeong!”
Eun Jeong langsung berbalik karena dipanggil oleh
Pangeran Besar Haeyang. Sekelebat kemudian, dia langsung memeluknya dengan
sangat erat. Dia mendapatkan kerinduaannya selama ini. “Ini benar kamu kan? Ini
kamu kan, Eun Jeong. Maafkan aku, saat aku tidak menepati janjiku dulu, ini aku
Yi Kwang,” dari perkataan Pangeran besar Haeyang tersebut membuat Eun jeong
teringat kembali akan masa lalunya. Tapi, karena terlanjur sakit hati, dia lalu
mencabut dirinya dari pelukannya. “Maaf, aku tidak mengenal anda. Pertemuan
pertama kita hanya di sebuah gubuk di tengah hutan. Aku tidak pernah menerima
janji dari manapun saat aku masih kecil. Maafkan aku.”
Eun Jeong lalu pergi begitu saja, tapi keyakinan Pangeran
Besar Haeyang akan dirinya kian kuat tapi dia heran kenapa Eun Jeong tak
mengakuinya. Ternyata, kejadian yang terjadi, saat mereka berpelukan dilihat
oleh Ratu Jeonghui dan Pangeran Deokwon. Ratu Jeonghui mulai berspekulasi bahwa
apakah dia sosok Nona Han yang dimaksud Pangeran Besar haeyang selama ini.
Sementara itu, Pangeran Deokwon pergi begitu saja dengan sakit hati.
Comments
Post a Comment