Cerbung: My Heart In The palace Part II



Kesetiaan Bulan

Sudah seminggu, Han Eun Jeong pergi ke istana Negara setiap harinya hanya untuk menangih janji kepada tuan muda yang berjanji padanya akan mengajaknya masuk ke dalam perpustakaan istana. Dalam hatinya, dia terus saja bertanya-tanya, “Tuan muda, apa aku salah mempercayaimu. Aku setiap hari berkorban hanya demi untuk ke sini. Tuan muda, dimana kamu sebenarnya?”. Seorang penjaga menggerutui Han Eun Jeong karena tiap hari datang ke perpustakaan Negara dengan tanpa tujuan.
Han Eun Jeong yang duduk merenungi keberadaan tuan muda yang berjanji padanya langsung berdiri. “Apakah aku tidak berhak ada di sini?” tanyanya dengan membentak penjaga tersebut. “Iya, kelas bawah dilarang ke perpustakaan istana” jawab penjaga tersebut sambil mendorong Eun Jong. Untungnya Pangeran Deokwon datang dan menimang Eun Jeong.
Pangeran Deokwon adalah saudara tiri dari Pangeran Besar Haeyang, ibunya adalah selir Geun dari wangsa Seonsan Park. Eun Jeong mengira itu adalah tuan muda yang berjanji padanya seminggu yang lalu, ternyata setelah membalikkan badan, sosok orang lain muncul di hadapannya tapi memakai baju yang sama dengan Pangeran Besar Haeyang.
“Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Pangeran Deokwon.
“Aku baik-baik saja, setidaknya tanganku sedikit sakit karena didorong sangat keras” kata Eun Jeong sambil mengusap bagian tangannya yang sakit.
“Kenapa kamu mendorong gadis ini?” bentak Pangeran Deokwon kepada penjaga perpustakaan.
“Apa kamu tak punya urusan sehingga kamu harus mengurus gadis dari kelas bawah ini?” jawab prajurit itu dengan nada meremehkan.
“Apakah kamu tahu siapa aku? Aku adalah Pangeran Deokwon, anak dari raja Sejo yang memerintah sekarang. Apakah kamu mau dihukum karena menghina keluarga kerajaan. Dia adalah…” tandas Pangeran Deokwon tapi diujung kalimat yang dia ucapkan dia sedikit terbata-terbata. Sekelebat kemudian, dia melanjutkan, “Dia..Dia.. adalah calon istriku”. Prajurit itu terkejut, begitu pula dengan Eun Jeong. Semua orang yang ada di sekitar mereka langsung bergosip. “Jadi, tolong persilahkan aku dan calon istriku untuk masuk” seru Pangeran Deokwon sambil memegang tangan Eun Jeong dan mengajaknya masuk.
Mereka pun sampai di dalam peprustakaan, Eun Jeong tercengang melihat semua koleksi buku yang ada. Tapi, dia masih tidak enak hati dengan perkataan Pangeran Deokwon yang mengatakan dirinya adalah calon istrinya. Eun Jeong hendak meminta maaf, tapi Pangeran Deokwon langsung memotong perkataannya dan mengajaknya bersama membaca buku.
Buku pertama yang Eun Jeong baca adalah buku mengenai Perawatan. Eun Jeong adalah gadis yang sangat tertarik dengan ilmu Perawatan. Dengan tenang, dia membaca buku tersebut di samping Pangeran Deokwon yang salah tinggi karena berada di dekat Eun Jeong. Sepertinya Pangeran Deokwon mulai menyukai Eun Jeong. Hal tersebut tersirat dari tatapan Panegran Deokwon yang tak berhenti menatap wajah Eun Jeong.
“Andai saja buku ini bisa dibawa pulang, aku akan menunjukkannya kepada ayahku” pinta eun Jeong dengan memasang muka penuh harap ke Pangeran Deokwon. Sontak membuat khayalan Pangeran Deokwon pecah dan tak bisa membalas perkataan Eun Jeong. Pangeran Deokwon bertanta kepada Eun Jeong mengenai apa yang tadi dia ucapkan. Namun, Eun Jeong hanya membalas, “Bukan hal yang serius, mari kita keluar”.
Saat di luar, ternyata datang Ahn Seo Dang yang tak berhenti mencarinya. Seo Dang sebenarnya mempunyai masalah, namun tak ia sampaikan kepada Eun Jeong karena di sebelahnya ada Pangeran Deokwon. Seo Dong hanya bertanya mengenai pria yang ada di dekatnya. Eun Jeong langsung membalasnya, “Dia adalah pangeran Deokwon”. Seo Dong langsung membungkuk member hormt dan sesegera mungkin mengajak Eun Jeong pulang. “Eun Jeong. Mari kita pulang, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu”, seru Seo Dong sambil menarik tangan Eun Jeong. Mereka berdua pun pergi dan meninggalkan pangeran Deokwon yang tak berhenti tersenyum melihat Eun Jeong.
Pangeran Deokwon merasa ada yang aneh dengan dirinya. Sepanjang perjalanan pulang dia hanya mengingat wajah dari Eun Jeong. Sementara itu Seo Dang dan Eun Jeong sedang membicarakan hal-hal yang sangat serius. Seo Dang mengatakan bahwa pamamnya dalam masalah serius, “Dia menggigil dari tadi pagi, bisakah kamu memberikannya perawatan?”. Eun Jeong pun mengiyakannya dan bergegas ke rumah pamam Seo Dang. Eun Jeong berlagak bagaikan seorang tabib istana dengan memeriksa denyut nadi dan juga suhu badan dari pamam Seo Dang.
Eun Jeong menyuruh Seo Dang mengambil air hangat dan kain untuk ditaruh di dahi Pamam Seo Dang, hal tersebut diupayakan untuk menurunkan suhu badan pamam Seo Dang.  “Tolong kamu cari di toko herbal Daun Stevia dan kalau kamu sudah mendapatkannya rebus lalu berikan untuk diminum kepada pamammu. Aku akan pergi dulu, ayahku pasti lama menunggu di rumahku. Sampaikan salamku pula kepada pamammu, sampai jumpa!”
Sementara itu Pangeran Deokwon yang sedari tadi tah berhenti tersenyum masuk ke dalam istana, tapi tiba-tiba melihat Pangeran Besar Haeyang dan langsung menyapanya. Pangeran Besar Haeyang menyapanya kembali dan Pangeran Deokwon pun menghampiri Pangeran Besar Haeyang dan langsung membungkuk memberi hormat.
“Adikku, bagaimana kabarmu? Ini adalah kesempatan yang sangat bagus. Kita jarang sekali bertemu walaupun kita hidup di istana ini” kata Pangeran Besar Haeyang sambil menatap sekelilingnya.
“Anda akhir-akhir ini sangatlah sibuk, jadi kita jarang sekali bertemu. Bagaimana kalau kita ke taman, ada yang ingin aku sampaikan” seru Pangeran Deokwon.
Mereka pun menuju ke taman, dikawal oleh para dayang dan juga kasim milik Pangeran Besar Haeyang. Teman tersebut sangatlah indah, terletak di sebelah selatan istana. Karena musim semi, pasti bunganya sedang mekar berwarna-warni. Ditambah lagi suasana yang nyaman dengan kolam ikannya.
“Apa yang ingin kau sampaikan?” Tanya Pangeran Besar Haeyang sambil menatap ikan yang ada di kolam.
“Tolong pegang dadaku,” menarik tangan Pangeran Besar. “entah mengapa, padahal ini adalah pertemuan pertama kita, tapi kau sudah merasakan sesuatu yang lain.” Kata Pangeran deokwon sambil tersenyum membayangkan wajah Eun Jeong.
“Ternyata adikku ini sedang jatuh cinta, kamu bertemu dimana?” Tanya Pangeran Besar lagi.
“Di depan perpustakaan Negara. Bahkan aku mengajaknya masuk ke dalam perpustakaan” jawab Pangeran Deokwon. Pangeran Besar Haeyang yang sedari tak berhenti menatap ikan di kolam, merasa teringat dengan seseorang dan sebuah janji seminggu yang lalu. Dia lalu terbayang dengan wajah Eun Jeong. Sejurus kemudian, raut mukanya berubah. Dia lalu bergegas meninggalkan Pangeran deokwon yang sedari tadi masih melamunkan Eun Jeong.
Rasa penyesalan mulai muncul di hati Pangeran Besar Haeyang. Sepanjang perjalanan dia hanya teringat dengan kata-kata manis yang dia sampaikan kepada Eun Jeong. Dia bertekad akan bertemu dengan Eun Jeong hari ini dan meminta maaf kepadanya.
Eun Jeong sedang berada di pasar, pasar kala itu sedang ramai jadi bisa saja orang berdesakan hanya untuk membeli sesuatu. Pangeran Besar Haeyang tiba-tiba muncul dengan pengawalnya. Tapi karena berdesakan, pangeran Besar Haeyang berpisah dengan pengawalnya.
Karena kurang tinggi, Eun Jeong berjinjik untuk melihat jalan keluar dari kerumunan orang. Begitu pula dengan Pangeran Besar Haeyang yang mencari-cari pengawalnya. Pangeran Besar Haeyang tidak menyadari kalau Eun Jeong ada di belakangnya, begitu pula dengan Eun Jeong. Celah antara mereka seakan disinari oleh matahari sore yang sangat indah di Hanyang. Karena cahaya itu, mereka seakan berhenti bergerak.  
Mereka berdua merasakan hal yang sama, yaitu hati yang berdebar. Mereka bertanya-tanya dalam hati mereka tentang apa yang sedang mereka rasakan. Sekelebat kemudian, Pangeran Besar Haeyang berjalan kembali meninggalkan Eun Jeong. Tapi, tak lama kemudian Eun Jeong juga beranjak pergi.
Pangeran Besar Haeyang berjalan menuju ke Perpustakaan. Dia merasa sangat bersalah, tidak ada lagi orang yang menunggunya di sana. “Betapa bodohnya aku, aku menyuruhnya datang seminggu yang lalu. Tidak mungkin dia datang lagi.” Katanya dalam hati sambil membalikkan badan dan ingin kembali ke istana. Dari kejauhan, pengawalnya memanggilnya dan mereka pun pulang bersama.
Eun Jeong telah tiba di rumahnya. Ayahnya, Han Yil Byung menyambutnya. “Kamu dari mana? Mengapa kamu pulang terlambat?”. Lantas membuat Eun Jeong menjawab, “Aku dari perpustakaan, setelah itu ke rumah pamam Seo Dang.” Yil Byung pun mneyuruh Eun Jeong masuk ke dalam rumah karena sebentar lagi akan malam.
Sepenjang malam, Eun Jeong menceritakan mengenai buku yang dia baca. Betapa senangnya hati bagi orang kelas bawah untuk bisa masuk ke dalam perpustakaan Negara. “Buku di sana sangatlah lengkap dan berkualitas, sangat beda jauh dengan buku yang aku punya” keluh Eun Jeong. “Itu tugasmu nanti, jadilah orang berguna. Buatlah kelas bawah menikmati buku-buku yang berkualitas!” itu adalah harapan ayah Eun Jeong.
Di malam yang sangat sunyi, semua orang telah tidur dengan sangat terlelap. Tidak begitu dengan Eun Jeong. Dia merasa tidak bisa ridur, dan sangat merasakan rindu sekaligus kesal dengan tuan muda yang telah berjanji padanya dulu.
Dia keluar dari rumahnya dan menatap bintang. Di antara ribuan bintang, ada satu bintang yang sangat berkilau. “Melihat bintang itu, aku seperti melihat wajah tuan muda.” Katanya sambil menghela nafas, “Tuan muda, dimanakah kamu? Apakah kamu melupakan janjimu? Apakah karena aku kelas bawah jadi kamu tidak bisa mewujudkan harapanku” tanyanya dalam hati.
Pangeran Besar Haeyang juga berada di luar kamarnya dan menatap bintang yang sama. Mereka seakan berkomunikasi menggunakan bintang tersebut. “Tidak, tidak, aku tidak melupakan janjiku. Maafkan diriku ini, semoga nanti kita bisa bertemu kembali.” Malam hari ini merupakan malam yang sangat panjang bagi mereka berdua. Hati mereka seakan berdebar kencang. Dalam kesendiriannya, luapan air mata menetes dari mata Eun Jeong. Dalam benaknya, hanya ada Pangeran Besar Haeyang, orang yang menolongnya dulu.
Sambil memegang dadanya yang berdebar, dia belum pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. Dia masih belum mengetahui kalau perasaan itu adalah sebuah cinta kepada tuan muda yang menolongnya dulu. Dia mengelus tangannya yang dulu tuan muda itu pegang saat dia menyelamatkannya.
Di istana yang udaranya sangat dingin, Pangeran Besar Haeyang tiba-tiba tak sadarkan diri dan terjatuh ke tanah. Dayang dan kasimnya panik dan salah satu dari mereka memanggil tabib untuk memeriksa kesehatan Pangeran Besar. Berita tersebut terdengar oleh Ratu Jeonghui. Beliau langsung menyiapkan diri untuk menemui pangeran Besar Haeyang.
Tabib istana telah selesai memeriksa kesehatan Pangeran Besar, Ratu Jeonghui yang baru datang langsung bertanya mengenai keadaan Pangeran Besar. Tabib berkata, “Yang Mulia Pangeran hanya kelelehan dan pikirannya terlalu banyak. Lagipula, Pangeran keluar dari kamarnya pada saat suhu sedang dingin.”
“Ratu Jeonghui bernafas lega, dan langsung duduk di dekat Pangeran Besar. Ratu juga menyuruh tabib untuk berjaga-jaga di luar kamar pangeran Besar. Sementara itu, Pangeran Besar Haeyang mulai membuka matanya, dan menyebut seseorang, “Nona Han, nona Han!”. Semua orang bertanya-tanya mengenai gadis yang disebut Pangeran Besar Haeyang. Sebenarnya Pangeran Besar Haeyang hanya mengetahui nama marga dari Eun Jeong, karena pada saat menolongnya ada, Pangeran Besar Haeyang mendengar ada seorang pedagang obat herbal yang menyapanya dengan sebutan, “Nona Han!”.
“Dimana aku, bukankah tadi aku di luar” tutur Pangeran Besar dengan sedikit lemah.
“Kamu ada di kamarmu” jawab Yang Mulia Ratu. Tolong, kamu beristirahatlah, jangan terlalu banyak berpikir. Sekarang tidurlah, semoga besok kamu bisa segera sembuh” pungkas Yang Mulia Ratu.
Pangeran Besar pun tertidur kembali, hal itu membuat Yang Mulia Ratu berdiri dan kembali ke ruangannya. Setelah beberapa langkah dari Pangeran Besar, dia bertanya-tanya siapa sebenarnya nona Han yang disebut-sebut oleh Pangeran Besar Haeyang. Dia berpikir dia adalah anak dari Menteri Kepegawaian, Han Chil Woon.
Eun Jeong yang masih berada di luar rumahnya merasa terusik oleh gerak-gerik orang yang mencurigakan. Orang yang mencurigakan tersebut tidak menyadari kalau dia dilihat oelh Eun Jeong. Rupanya memakai penutup mulut sehingga hanya mata yang terlihat, lagipula pakaiannya serba hitam jadi sedikit samar-samar terlihat di malam hari.
Tiba-tiba, salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah buku dari baju mereka. Buku itu jumlahnya 3 buah dan cukup tebal. “Hei! Siapa di sana?” teriak Eun Jeong. Hal tersebut membuat ayahnya Eun Jeong terbangun dan langsung keluar dari rumahnya. Karena melihat ayah Eun Jeong, orang tersebut langsung lari dengan terberit-berit. Karena terlalu gesit, sehingga salah satu bukunya terjatuh ke tanah.
Melihat buku itu terjatuh, Eun Jeong langsung berlari dan mencomotnya. Dia membaca judulnya yang sedikit aneh. “Rahasia Maljola” adalah judulnya. Anehnya itulah yang membuat Eun Jeong menyodorkannya kepada ayahnya. Ayahnya kaget melihat judul buku tersebut. Dia sekaan teringat kepada masa lalunya saat masih di istana.
Yil Byung langsung menarik eun Jeong masuk dan memarahinya karena keluar rumah tanpa seizinnya. Dia juga menyimpan buku tersebut di sebuah lemari dan menguncinya. Eun Jeong bertnaya-tanya mengenai buku itu, tapi tak digubris oleh ayahnya. Ayahnya hanya mneyuruhnya segera tidur.
Walaupun terbaring, Yil Byung sebenarnya belum terlelap. Bayangan masa lalu seakan menghantuinya kembali. Dia membayangkan masa Joseon yang akan datang bila seseorang yang berpakaian manteri duduk di tahta raja dan Yil Byung hanya menyaksikannya dari bawah. Sepanjang tangga menuju tahta raja, bercucuran darah yang membuat warna lantai menjadi merah. Saat keluar istana, juga banyak sekali jejak kaki darah.
Mendengar nama Maljola, dia langsung teringat pada guru Choi Yu Sun. dia berencana menemuinya besok. Di sebuah tepi bukit yang curam, dia bermukim di sana sendiri saja tanpa sanak keluarga. Dia adalah orang yang sangat cerdas dan pernah berjasa bagi Joseon. Sama dengan Yil Byung lebih memilih untuk tidak tergabung dalam urusan pemerintahan dan memilih menjadi rakyat biasa.




Red Notice:
Cerita ini hanyalah karangan biasa yang tidak bermaksud mengubah sejarah Korea. Cerita ini hanya sebagai media hiburan dan edukatif. Saya memohon maaf bila ada yang tersinggung atau tidak merasa senang dengan cerita saya. Saran dan kritik sangat saya butuhkan demi terciptanya karya yang lebih baik lagi


Comments

Popular posts from this blog

Kunci Jawaban OSk Kebumian 2016

Soal Sejarah Tentang Peradaban India bagian 1

Seven Days Queen, Drama yang Penuh Air Mata